Rupiah Rabu sore menguat menjadi Rp13.298
10 Juni 2015 18:25 WIB
ilustrasi - petugas memeriksa ketersediaan valuta asing di Cash Center sebuah bank (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak menguat sebesar 10 poin menjadi Rp13.298 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.308/ dolar AS.
"Dalam jangka pendek ini pelaku pasar sedang fokus mencermati negosiasi penyelesaian utang Yunani, adanya harapan tercapaianya kesepakatan membuat pelaku pasar mulai masuk ke mata uang berisiko, salah satunya rupiah," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta.
Namun, lanjut dia, penguatan rupiah masih cenderung terbatas dikarenakan dalam jangka menengah-panjang pasar keuangan global masih dibayangi oleh kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini menyusul perbaikan ekonomi AS yang cenderung berkelanjutan.
Ia mengharapkan bahwa muncul sentimen positif dari dalam negeri yang dapat mengimbangi sentimen the Fed sehingga dapat menopang rupiah untuk dapat erus bergerak lebih tinggi terhadap dolar AS, dengan begitu dapat meredam kekhawatiran pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia.
"Dari dalam negeri, salah satu faktor yang diperhatikan pelaku pasar uang yakni inflasi, diharapkan inflasi terjaga ke depannya," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan bahwa Yunani dan para kreditur sedang bernegosiasi di Brussels, Belgia dengan para krediturnya, hasil negosiasi itu yang akan menentukan arah pergerakan pasar keuangan pada pekan ini.
"Jika ada kegagalan dalam kesepakatan maka akan membuat pasar keuangan global bergejolak," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (10/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.329 dibandingkan hari sebelumnya (9/6) Rp13.362.
"Dalam jangka pendek ini pelaku pasar sedang fokus mencermati negosiasi penyelesaian utang Yunani, adanya harapan tercapaianya kesepakatan membuat pelaku pasar mulai masuk ke mata uang berisiko, salah satunya rupiah," kata Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta.
Namun, lanjut dia, penguatan rupiah masih cenderung terbatas dikarenakan dalam jangka menengah-panjang pasar keuangan global masih dibayangi oleh kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini menyusul perbaikan ekonomi AS yang cenderung berkelanjutan.
Ia mengharapkan bahwa muncul sentimen positif dari dalam negeri yang dapat mengimbangi sentimen the Fed sehingga dapat menopang rupiah untuk dapat erus bergerak lebih tinggi terhadap dolar AS, dengan begitu dapat meredam kekhawatiran pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia.
"Dari dalam negeri, salah satu faktor yang diperhatikan pelaku pasar uang yakni inflasi, diharapkan inflasi terjaga ke depannya," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan bahwa Yunani dan para kreditur sedang bernegosiasi di Brussels, Belgia dengan para krediturnya, hasil negosiasi itu yang akan menentukan arah pergerakan pasar keuangan pada pekan ini.
"Jika ada kegagalan dalam kesepakatan maka akan membuat pasar keuangan global bergejolak," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (10/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.329 dibandingkan hari sebelumnya (9/6) Rp13.362.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: