Yangon (ANTARA News) - Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi, dijadwalkan menjejakkan kaki di daratan Tiongkok pada Rabu sebagai lawatan pertamanya ke negeri itu, pada saat hubungan kedua negara mencapai titik paling dingin.

Beijing adalah pendukung utama junta militer Myanmar ketika negeri itu mendapat sanksi dari Barat, dengan menyediakan dukungan internasional yang diperlukan untuk menghadapi rejim keras yang mengurung Suu Kyi sebagai tahanan rumah, lapor AFP.

Kini, perempuan yang berusia 69 tahun itu mengunjungi Tiongkok dalam dua status yaitu sebagai perempuan merdeka dan sebagai politikus, menjelang pemilu pada November --saat partainya, Liga Nasional Untuk Demokrasi (NLD), diharapkan memetik keuntungan besar, bila pemilihan berjalan adil dan jujur.

Nicholas Farelly, pengamat Myanmar dari Universitas Nasional Australia, mengatakan bahwa mantan tahanan politik itu tidak akan membiarkan sejarah Tiongkok mendukung junta yang memenjarakannya itu membayang-bayangi penilaiannya.

"Aung San Suu Kyi sedang berusaha menang dalam pemilu. Ia akan secara fragmatis memilah apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak," katanya kepada AFP.

"Ia sadar bahwa Tiongkok akan memainkan peran penting bagi masa depan Myanmar."

Suu Kyi mengunjungi negara tetangga yang besar itu bersama utusan NLD untuk memenuhi undangan dari Partai Komunis Tiongkok.

NLD mengatakan bahwa ia akan mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang, tetapi belum ada jadwal yang pasti dari pihak pemerintah Tiongkok.

Delegasi Myanmar itu bertandang ketika Tiongkok yang pernah memonopoli hubungan dengan Myanmar, menghadapi persaingan dengan negara-negara lain.

Sejak reformasi pada 2011, Presiden Myanmar Thein Sein merangkul masyarakat internasional setelah pencabutan sanksi dan mencapai Amerika Serikat setelah berteman dengan negara-negara di Asia Tenggara.

(Uu.M007/C003)