ACT bangun shelter untuk pengungsi Rohingya
Ilustrasi. Asisten Menlu Urusan Kependudukan, pengungsi dan Migrasi Amerika Serikat Anne C. Ricard (kedua kanan) didampingi Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake (kanan) berbincang dengan petugas IOM dan UNHCR sebelum memberikan keterangan kepada wartawan terkait kunjungannya ke pengungsi etnis Rohingya asal Myanmar di tempat pengungsian sementara Kuala Cangkoi, Lhoksukon, Aceh Utara, Aceh, Selasa (2/6/15). Kunjungan Asmenlu AS tersebut dalam rangka untuk mencari tahu akar permasalahan migrasi dan menciptakan solusi bagi pengungsi Rohingya. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Direktur Eksekutif ATC Sri Eddy Kuncoro di Lhokseumawe, Senin, mengatakan, dana untuk pembangunan shelter bersumber dari sumbangan masyarakat di seluruh Indonesia dan dana yang dialokasikan dari luar negeri untuk penanganan masalah pengungsi Rohingnya.
Berdasarkan kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, untuk pembangunan shelter bagi pengungsi Rohingnya menjadi tanggung jawab ACT dan International Organization for Migration (IOM).
"Shelter ini akan dibangun sebanyak 120 unit, selain itu, juga akan dibangun Mesjid dan Poliklinik serta tempat bermain bagi anak-anak. Nantinya akan dibangun kolam untuk budidaya ikan air tawar," ujarnya.
Menurut dia, desain shelter tersebut telah disiapkan sesuai kebutuhan, misalkan bagi mereka yang merupakan pasangan suami-istri maka akan diberikan shelter khusus dan akan dilakukan pemisahan bagi laki-laki dan perempuan.
Pembangunan shelter tersebut diprediksi paling cepat selesai sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, apabila tidak terkejar maka diprediksi pengerjaannya paling lambat sebelum hari raya Idul Fitri.
"Sambil menunggu shelter tersebut selesai, maka sebanyak 332 pengungsi Rohingnya yang masih ditampung di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Desa Kuala Cangkoi, Kecamatan Lapang, akan segera dipindahkan ke gedung BLK Desa Balang Adoe," tuturnya.
Jumlah tenaga kerja yang disiapkan untuk pembangunan shelter tersebut sebanyak 100 orang, berasal dari Pulau Jawa dan sebagian tenaga kerja berasal dari desa setempat dan tenga kerjanya bekerja dengan sistem shift, yang bergantian saat siang dan malam.
Pewarta: Mukhlis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015