Pemerintah diharap optimistis SDM lokal mampu hadapi MEA
7 Juni 2015 23:35 WIB
ilustrasi Kompetensi Tenaga Kerja Nasional Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan konstruksi Tol Porong-Gempol, di kawasan Dusun Patuk, Gempol, Pasuruan, Jatim, Rabu (22/10). Pemerintah terus melakukan peningkatan kompetensi tenaga kerja nasional dalam sektor konstruksi dalam menyambut MEA 2015, hal tersebut terkait mobilisasi terbuka tenaga kerja profesional lintas negara dalam kawasan ASEAN, agar nantinya tenaga kerja nasional dapat bersaing dengan tenaga kerja asing dari kawasan ASEAN. (ANTARA FOTO/Adhitya Hendra)
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Hazuarli A Halim mengharapkan pemerintah mempercayai sumber daya manusia (SDM) lokal dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai pada akhir 2015.
"Pemerintah harus percaya dengan kualitas SDM lokal. Kita sebanding kok dengan tenaga ahli dan terampil dari luar negeri," ujar Hazuarli saat ditemui disela-sela Silatnas IV Fokal IMM di Jakarta, Minggu.
Selama ini, penghargaan yang diberikan kepada SDM lokal masih kurang, contohnya peneliti di Malaysia digaji sekitar Rp30 juta, sementara di Tanah Air hanya Rp3 juta.
Selain itu juga tidak ada dukungan dana untuk penelitian, berbeda dengan Malaysia yang memberikan bantuan dana berapapun untuk penelitian.
"Pada akhirnya banyak peneliti kita yang banting stir, memilih profesi lain atau merantau ke luar negeri. Seharusnya itu tidak boleh terjadi, karena kompetensinya jadi peneliti," jelas dia.
Ke depan, sambung dia, harus ada penghargaan yang diberikan pada tenaga lokal.
"Kebijakan-kebijakan pemerintah pun hendaknya lebih memihak pada tenaga lokal," imbuh dia.
Disinggung mengenai kesiapan masyarakat, Hazuarli mengaku masyarakat siap menghadapi MEA namun yang perlu diperhatikan adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah. "Tenaga lokal akan tersingkir, jika tak ada kebijakan yang memihak pada tenaga lokal."
Ketua IMM, Beni Pramula, mengatakan pemerintah harus menguatkan dulu daya saing dalam negeri untuk menghadapi MEA.
"Boleh-boleh saja menggaet banyak investor, tapi harus dikuatkan dulu daya saing bangsa. Selagi belum kuat, maka rakyat akan terjajah," kata Beni. Akan tetapi, jika daya saing bangsa dikuatkan maka MEA akan menjadikan Indonesia sebagai pelopor.
(T.I025)
"Pemerintah harus percaya dengan kualitas SDM lokal. Kita sebanding kok dengan tenaga ahli dan terampil dari luar negeri," ujar Hazuarli saat ditemui disela-sela Silatnas IV Fokal IMM di Jakarta, Minggu.
Selama ini, penghargaan yang diberikan kepada SDM lokal masih kurang, contohnya peneliti di Malaysia digaji sekitar Rp30 juta, sementara di Tanah Air hanya Rp3 juta.
Selain itu juga tidak ada dukungan dana untuk penelitian, berbeda dengan Malaysia yang memberikan bantuan dana berapapun untuk penelitian.
"Pada akhirnya banyak peneliti kita yang banting stir, memilih profesi lain atau merantau ke luar negeri. Seharusnya itu tidak boleh terjadi, karena kompetensinya jadi peneliti," jelas dia.
Ke depan, sambung dia, harus ada penghargaan yang diberikan pada tenaga lokal.
"Kebijakan-kebijakan pemerintah pun hendaknya lebih memihak pada tenaga lokal," imbuh dia.
Disinggung mengenai kesiapan masyarakat, Hazuarli mengaku masyarakat siap menghadapi MEA namun yang perlu diperhatikan adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah. "Tenaga lokal akan tersingkir, jika tak ada kebijakan yang memihak pada tenaga lokal."
Ketua IMM, Beni Pramula, mengatakan pemerintah harus menguatkan dulu daya saing dalam negeri untuk menghadapi MEA.
"Boleh-boleh saja menggaet banyak investor, tapi harus dikuatkan dulu daya saing bangsa. Selagi belum kuat, maka rakyat akan terjajah," kata Beni. Akan tetapi, jika daya saing bangsa dikuatkan maka MEA akan menjadikan Indonesia sebagai pelopor.
(T.I025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: