Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi industri kaca menetapkan Jakarta sebagai tuan rumah Glasstech Asia 2015, eksebisi internasional ke-13 yang memamerkan produk kaca, manufaktur kaca, serta pemrosesan dan materialnya.

Glasstech Asia 2015 yang bakal berlangsung 19-21 November mendatang di Jakarta International Expo Kemayoran itu diselenggarakan oleh Conference & Exhibition Management Services Pte Ltd (CEMS) dan Singapore Glass Association (SGA) bekerja sama dengan Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Indonesia.

Pameran industri kaca Asia tersebut akan diikuti sekitar 300 pelaku industri kaca dari 30 negara dengan luas area pameran mencakup sekitar 8000 meter persegi, menurut CEMS dalam siaran persnya, Jumat.

Selama penyelenggaraan Glasstech 2015, akan digelar pula Specialized Hollow Glass Asia 2015 yang merupakan eksibisi internasional ke-9 khusus untuk industri produk-produk kaca berongga, mesin, dan perlengkapannya, serta industri kaca manufaktur, serta yang ke-5 bagi Glass Accessories Asia.

Dalam ajang itu akan digelar pula konferensi berskala internasional, yakni the Asia Architectural Glass Conference 2015, the Green Building Seminar 2015 dan the Glass Processing Conference 2015.

Edward Liu, PBM, Group Managing Director, CEMS, mengatakan, inovasi di industri kaca senantiasa berperan penting dalam membentuk lanskap lokal serta menjawab kebutuhan stakeholder terhadap arsitektur yang estetis dan hijau.

"Glasstech Asia 2015 bertujuan untuk menghubungkan pemain-pemain besar di industri kaca dunia dengan para pemain lokal – arsitek, kontraktor, pengembang, teknisi, dan para manajer fasilitas, sekaligus menggelar terobosan baru dan tren kaca terkini, seperti produk-produk kaca self-cleaning dan kaca yang terlapisi proteksi, guna membantu para profesional melahirkan keputusan-keputusan desain mereka.”

Edward menambahkan, untuk Indonesia, Glasstech Asia 2015 diharapkan selain sebagai diharapkan dapat berpartisipasi dalam menggairahkan atmosfer positif khususnya dalam mendukung upaya pemerintah Republik Indonesia yang dituntut untuk kian menggiatkan pembangunan infrastruktur guna menarik banyak investasi baru sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Angin seger

Kendati kondisi ekonomi di kuartal I kurang menggembirakan, masih ada angin segar bagi industri kaca nasional di paruh kedua tahun ini dengan mulai dicairkannya anggaran belanja pemerintah (APBN-P 2015), terutama untuk proyek-proyek infrastruktur.

Berjalannya proyek-proyek infrastruktur memberi peluang bagi industri-industri terkait, seperti properti dan otomotif, untuk menggenjot penjualan yang pada akhirnya juga berdampak pada meningkatnya permintaan kaca.

"Prospek industri kaca di Indonesia tidak bisa lepas dari kondisi beberapa sektor industri, terutama properti dan otomotif. Sebagaimana industri pada umumnya, sektor properti dan otomotif juga terkena dampak melambatnya perekonomian dalam negeri yang hanya tumbuh 4,7% di kuartal I 2015, di bawah target pemerintah sebesar 5,7%," ujar Putra Narjadin, Ketua II Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Indonesia.

Putra menambahkan, industri kaca bergantung pada permintaan dari sektor properti dan otomotif sebagai pasar utama bagi produsen kaca. Karena itu, tumbuhnya sektor infrastruktur khususnya properti dan konstruksi serta sektor otomotif akan meningkatkan penjualan kaca. Begitupula sebaliknya.

Saat ini, sekitar 70%-80% pasar kaca nasional diserap oleh sektor properti dan konstruksi. Sisanya, sebesar 20% untuk melayani permintaan industri otomotif.

Sementara dari segi tujuan pasar, selain dalam negeri, industri kaca nasional juga menjual ke pasar luar negeri seperti Asia Tenggara, Jepang, Timur Tengah, dan Selandia Baru dengan porsi ekspor 30%-40% dari produksi nasional.