Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange turun pada Kamis (Jumat pagi WIB), karena dolar AS menguat dan meningkatnya harapan Yunani mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan pertikaian utangnya dengan kreditor internasionalnya.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Agustus turun 9,7 dolar AS, atau 0,82 persen, menjadi menetap di 1.175,20 dolar AS per ounce.

Para analis mengatakan bahwa emas berada di bawah tekanan karena Yunani mengatakan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis bahwa pihaknya berencana menggabungkan empat pembayaran utangnya yang jatuh tempo pada Juni, dengan yang pertama pada Jumat (5/6), ke dalam satu kali pembayaran pada 30 Juni.

Langkah ini memberi investor beberapa keyakinan, seperti yang mereka harapkan sebuah kesepakatan, menghilangkan sementara kebutuhan untuk emas sebagai aset "safe haven", kata para analis.

Dolar AS yang semakin kuat juga menekan emas, karena Indeks Dolar AS, sebuah ukuran dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,14 persen menjadi 95,51 pada pukul 18.05 GMT.

Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Selain itu, laporan klaim pengangguran mingguan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis memberikan tekanan tambahan pada logam mulia, karena klaim pengangguran turun 8.000 selama pekan hingga 30 Mei menjadi 276.000.

Laporan klaim pengangguran positif juga meningkatkan spekulasi tentang potensi kenaikan suku bunga. Karena data pekerjaan pada Maret lebih buruk dari perkiraan, analis sekarang percaya bahwa suku bunga akan naik ketika itu (klaim pengangguran) turun. Pertemuan kebijakan Federal Reserve berikutnya dijadwalkan 15 Juni ketika investor mengharapkan sinyal tentang waktu kenaikan suku bunga.

Perak untuk pengiriman Juli turun 37,7 sen, atau 2,29 persen, menjadi ditutup pada 16,103 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 4,9 dolar AS, atau 0,44 persen, menjadi ditutup pada 1.099,20 dolar AS per ounce. Demikian laporan Xinhua,

(A026)