Palembang (ANTARA News) - Sriwijaya FC mampu bertahan meski kompetisi liga profesional ditiadakan pada musim ini karena dibantu sponsor untuk mengaji pemain dan ofisial tim.

Direktur Utama PT Sriwijaya Optimis Mandiri Dodi Reza yang dihubungi dari Palembang, Senin, mengatakan, dana pembayaran gaji ini bersumber dari sponsor utama yakni PT Bukit Asam, Bank Sumsel Babel, dan PT PDPE.

"Sriwijaya FC memiliki sponsor tradisional yang tetap menyalurkan dana tanpa melihat persoalan yang sedang terjadi karena pada prinsipnya bantuan ini untuk menjaga keberlangsungan klub. Sriwijaya FC merupakan kebanggaan Sumsel," kata dia.

Ia mengatakan, manajemen klub telah mengambil keputusan untuk tidak membubarkan tim meski kompetisi tidak dijalankan pada musim ini.

Terkait dengan kebutuhan dana yang besar untuk menjaga keberlangsungan klub, maka manajemen telah mengambil kebijakan pengurangan gaji yakni hanya memberikan10 persen untuk beberapa pemain.

Pemain itu, Syakir Sulaiman, Patric Wanggai, Yogi Triana, dan Pelatih Benny Dollo, dan Asisten Pelatih Hendri Susilo.

Sementara, untuk pemain lain diputuskan hanya menerima gaji senilai 25 persen dari kontrak kerja di antaranya, Asri Akbar, Titus Bonai, Ferdinand Sinaga, Fakruddin, Wildansyah, dan Jeki Arisandi.

"Pemain yang masih menerima gaji senilai 25 persen ini diwajibkan tetap di mes dan berlatih. Ini dilakukan manajemen klub untuk meminimalisasi dampak negatif, semisal cedera karena bergabung dengan liga antarkampung," kata dia.

Sedangkan, untuk pemain asing yakni Morimakan Koita (Mali), Abdulaye Maiga (Mali), Goran Ljubojevic (Kroasia), dan Raphael Maittimo (naturalisasi Belanda) diputuskan manajemen untuk dihentikan kontrak kerjanya dan telah kembali negara masing-masing.

Terkait dengan kerugian klub lantaran penghentian kompetisi ini, Dodi merincikan secara finansial berkisar Rp20 miliar karena klub telah membayar kontrak kerja dan menjalani pertandingan sebanyak tiga kali.

"Meski hingga kini belum ada titik terang terkait kompetisi, tapi pada dasarnya Sriwijaya FC masih berharap kompetisi musim ini tetap berjalan. Manajemen menetapkan batas waktu hingg 27 Juli, jika tidak ada maka ada kemungkinan akan dirumahkan semuanya," kata dia.

Kompetisi profesional sepak bola Indonesia Liga QNB 2015 dihentikan oleh PT Liga Indonesia (operator kompetisi) pada 3 Mei 2015 setelah tidak mendapat izin keramaian dari kepolisian terkait dengan kisruh PSSI dan Kemenpora.

Kisruh ini berawal dari pengabaian PT Liga Indonesia terhadap rekomendasi Badan Olahraga Profesional Indonesia yang tidak meloloskan dua klub yakni Arema dan Persebaya.

Persoalan pun semakin meruncing setelah PSSI menempuh jalur hukum untuk menggugat Kemenpora terkait SK pembekuan PSSI ke PTUN yang akhirnya dimenangkan oleh PSSI.

Teranyar, pada 29 Mei 2015, FIFA menyaksi PSSI karena menilai terdapat campur tangan pemerintah meski tetap memberikan izin Timnas bermain di SEA Games 2015, Juni ini.