Kementan dorong produksi susu segar nonsapi
31 Mei 2015 17:38 WIB
Seorang petugas menuang susu sapi yang telah selesai diproses di tempat penampungan susu Koperasi Pesat Desa Limpakuwus, Sumbang, Banyumas, Jateng, Kamis (17/1). (FOTO ANTARA/Idhad Zakaria)
Palembang (ANTARA News) - Kementerian Pertanian mendorong produksi susu segar nonsapi untuk meningkatkan produksi susu maupun konsumsi susu nasional.
"Kita sudah punya perencanaan terpadu untuk mempercepat peningkatan konsumsi susu. Salah satunya adalah dengan mengembangkan alternatif ternak yang berpotensi sebagai sumber susu seperti kambing dan kerbau," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Yusni Emilia Harahap di Palembang, Minggu.
Emilia di sela peringan Hari Susu Nusantara di Lapangan Benteng Kuto Besak, Palembang, Sumsel mengatakan potensi tersebut harus segera dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas susu nasional, yang masih rendah.
Bahkan, ia mencatat pertumbuhan produksi susu dalam negeri hanya sekitar 2-3 persen per tahun, sementara pertumbuhan kebutuhan susu lebih dari 6 persen per tahun.
"Aneka sumber susu itu perlu kita dorong karena ternyata kita punya sumber daya tersebut yaitu kerbau dan kambing," ujarnya.
Lebih lanjut, Emilia mengatakan perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan untuk mengembangkan susu segar dari ternak selain sapi perah. Namun, bukan berarti pengembangannya menyulitkan.
Kambing perah, misalnya, bisa dikembangkan hampir di seluruh Tanah Air karena mudah beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan kerbau perah baru terbatas untuk dikembangkan di tujuh wilayah Indonesia.
"Kambing perah itu menurut peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian paling memungkinkan untuk dikembangkan karena lebih mudah diternakkan oleh masyarakat, juga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan," ujarnya.
Konsumsi susu masyarakat Indonesia tercatat masih cukup rendah jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya yaitu hanya 12 liter per kapita per tahun.
Jumlah tersebut jauh di bawah Malaysia (50,9 liter per kapita per tahun), India (47,1 liter per kapita per tahun), Singapura (44,5 liter per kapita per tahun), Thailand (33,7 liter per kapita per tahun) dan Filipina (13,7 liter per kapita per tahun).
Kementerian Pertanian mencatat rendahnya konsumsi susu segar nasional diakibatkan karena kebiasaan minum susu yang belum membudaya.
Terlebih, produksi susu nasional terus menurun karena rendahnya populasi sapi perah.
"Kita sudah punya perencanaan terpadu untuk mempercepat peningkatan konsumsi susu. Salah satunya adalah dengan mengembangkan alternatif ternak yang berpotensi sebagai sumber susu seperti kambing dan kerbau," kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian Yusni Emilia Harahap di Palembang, Minggu.
Emilia di sela peringan Hari Susu Nusantara di Lapangan Benteng Kuto Besak, Palembang, Sumsel mengatakan potensi tersebut harus segera dikembangkan untuk meningkatkan produktivitas susu nasional, yang masih rendah.
Bahkan, ia mencatat pertumbuhan produksi susu dalam negeri hanya sekitar 2-3 persen per tahun, sementara pertumbuhan kebutuhan susu lebih dari 6 persen per tahun.
"Aneka sumber susu itu perlu kita dorong karena ternyata kita punya sumber daya tersebut yaitu kerbau dan kambing," ujarnya.
Lebih lanjut, Emilia mengatakan perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan untuk mengembangkan susu segar dari ternak selain sapi perah. Namun, bukan berarti pengembangannya menyulitkan.
Kambing perah, misalnya, bisa dikembangkan hampir di seluruh Tanah Air karena mudah beradaptasi dengan lingkungan. Sedangkan kerbau perah baru terbatas untuk dikembangkan di tujuh wilayah Indonesia.
"Kambing perah itu menurut peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian paling memungkinkan untuk dikembangkan karena lebih mudah diternakkan oleh masyarakat, juga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan," ujarnya.
Konsumsi susu masyarakat Indonesia tercatat masih cukup rendah jika dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya yaitu hanya 12 liter per kapita per tahun.
Jumlah tersebut jauh di bawah Malaysia (50,9 liter per kapita per tahun), India (47,1 liter per kapita per tahun), Singapura (44,5 liter per kapita per tahun), Thailand (33,7 liter per kapita per tahun) dan Filipina (13,7 liter per kapita per tahun).
Kementerian Pertanian mencatat rendahnya konsumsi susu segar nasional diakibatkan karena kebiasaan minum susu yang belum membudaya.
Terlebih, produksi susu nasional terus menurun karena rendahnya populasi sapi perah.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: