Mataram (ANTARA News) - Pesawat latih PK-LLC jenis Liberty XL2 yang diterbangkan Wisnu Retno (21) siswa sekolah penerbangan "Lombok Intitute Flight Technology" Mataram, mendarat darurat di bekas Bandara Selaparang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat, sekitar pukul 17.00 WITA.

Kepala Seksi Operasi Basarnas Mataram Lalu Wahyu Efendi, yang dihubungi Antara, membenarkan peristiwa tersebut.

"Pesawat latih itu terpaksa mendarat darurat karena roda bagian depan terlepas, namun tidak ada korban jiwa," katanya.

Ia mengatakan pihaknya mendapat laporan dari masyarakat sekitar pukul 16.10 WITA, sehingga langsung menuju bekas Bandara Selaparang Mataram untuk memberikan bantuan penyelamatan bersama dengan tim dari Lapangan Udara Rembiga Mataram, dan pengelola bekas Bandara Selaparang Mataram.

Pesawat yang berangkat dari Bandara Internasional Lombok, Kabupaten Lombok Tengah, itu akhirnya bisa diarahkan mendarat darurat setelah cukup lama berputar-putar di udara.

Siswa yang mengendalikan pesawat seorang diri berhasil selamat tanpa mengalami luka serius dan langsung dievakuasi ke mobil ambulans yang sudah disiapkan, kemudian di bawa ke rumah sakit terdekat.

"Pilot (siswa) selamat karena berhasil melakukan pendaratan darurat dengan aman, sekarang sudah dievakuasi. Kalau badan pesawat masih di landasan bandara," ucap Wahyu.

Sementara itu, sejumlah jurnalis yang ingin meliput peristiwa tersebut tidak diperkenankan masuk ke dalam area bekas bandara, sehingga terpaksa mengambil gambar dari luar pagar bekas bandara.

Peristiwa kecelakaan pesawat latih milik "Lombok Institute Flight Technology" Mataram, merupakan yang kedua kali dalam dua tahun terakhir.

Sebelumnya, pesawat latih PK-LLC jenis Liberty XL2, dilaporkan hilang kontak pada 30 November 2014, di sekitar perairan Pulau Moyo, Kabupaten Sumbawa, NTB, sekitar pukul 11.25 WITA.

Pesawat latih itu membawa dua penumpang, masing-masing Boon Huan Lua, warga Singapura selaku instruktur sekaligus pilot, dan Jati Wikanto dari Desa Donolayan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, selaku siswa.

Basarnas Mataram, dan tim TNI/Polri serta masyarakat melakukan upaya pencarian melebihi batas waktu selama tujuh hari sejak kejadian sesuai standar prosedur (SOP), namun tidak menemukan kedua korban dan bangkai pesawat hingga saat ini.