Sidoarjo (ANTARA News) - Kesenian ogoh-ogoh mewarnai puncak peringatan sembilan tahun luapan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur yang sampai saat ini masih menyisakan persoalan pembayaran terhadap korban lumpur.

Salah seorang korban lumpur Sunarni, Jumat, mengatakan, ogoh-ogoh yang diarak warga ini merupakan simbol kemungkaran karena sudah menyengsarakan masyarakat korban lumpur Lapindo.

"Kami ingin mengingatkan kepada masyarakat bahwa korban lumpur Lapindo sampai dengan saat ini masih banyak yang menderita karena belum mendapatkan ganti rugi sejak semburan lumpur keluar pada sembilan tahun yang lalu," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, warga ingin napak tilas akibat semburan lumpur Lapindo yang telah menenggelamkan ribuan rumah dan juga fasilitas umum lainnya.

"Selain membawa ogoh-ogoh, kami juga melakukan doa bersama sebagai bentuk permohonan kami supaya permasalah lumpur Lapindo ini bisa segera diselesaikan," katanya.

Dalam kegiatan tersebut Ogoh-ogoh setinggi 4,5 meter diarak secara bergotong royong mulai taman pasar lama Porong hingga tanggul penahan lumpur dititik 21.

Selain ogoh-ogoh, korban lumpur juga membawa berbagai poster berisi tuntutan dan kecaman terhadap beberapa pihak.

Warga juga membuka pasar tradisional di dalam kolam penampungan lumpur yang sudah mengering dengan menjual jajanan pasar tradisional.