Zurich (ANTARA News) - Sebagai mantan pegulat dan perwira militer, Pangeran Ali bin Hussein dari Yordania adalah tokoh yang berusaha untuk membongkar badan sepak bola dunia FIFA dari kekuasaan presiden sekarang Sepp Blatter Jumat ini.

Putra Raja Hussein ini baru saja genap berusia 40 tahun Desember lalu, namun dia adalah satu-satunya kandidat yang melawan Blatter dalam pemilihan presiden FIFA pada Kongres Ke-65 FIFA di Zurich.

Beberapa dari 209 asosiasi anggota FIFA telah berjanji untuk memilih sang pangeran yang diperkirakan akan didukung Eropa. Namun itu tidak cukup untuk membanting Blatter yang sudah berusia 79 tahun yang sangat mengandalkan dukungan federasi-federasi Afrika, Amerika Latin dan Asia.

Pangeran Ali telah menjadi Wakil Presiden FIFA di Asia sejak 2011 dan mengatakan Blatter mesti dicegah berkuasa pada masa jabatan kelimanya.

"Kami tidak bisa berlanjut dengan ada krisis di FIFA," kata Pangeran dalam pernyataan setelah tujuh pejabat puncak ditahan sebagai bagian dari investigasi AS menyangkut korupsi di dalam FIFA.

"FIFA memerlukan kepemimpinan yang menata, memandu dan melindungi asosiasi-asosiasi nasional kita. Kepemimpinan yang menerima pertanggungjawaban untuk aksi-aksinya dan tidak menyalahkan orang lain. Kepemimpinan yang memulihakan kepercayaan pada ratusan juta penggemar sepak bola di seluruh dunia."

Di tengah FIFA yang menghadapi salah satu krisis terbesar dalam 111 tahun sejarah lembaga ini, perwira militer didikan AS dan Inggris itu dianggap sebagai nafas baru nan segar di dalam koridor kekuasaan FIFA.

Kaya dan berkuasa, ayah dari dua anak itu sudah membuktikan diri bisa membuat perubahan. Dia memimpin kampanye yang membuat FIFA meninggalkan larangan memakai hijab dan penutup kepala lainnya yang dikenakan selama pertandingan, tahun lalu.

September lalu, anggota Komite Eksekutif FIFA ini memimpin seruan menyangkut laporan Michael Garcia dalam hal keputusan FIFA memberikan hak tuan rumah menyelenggarakan putaran final Piala Dunia 2018 dan 2022 kepada Rusia dad Qatar, untuk diumumkan ke publik.

"Seluruh keluarga sepak bola termasuk pula sponsor-sponsornya dan merea yang mengikut permainan ini di seluruh dunia punya hak penuh untuk mengetahui isi laporan tersebut dalam semangat keterbukaan penuh," kata dia saat itu.

Setelah lulus dari SMA Salisbury di Connecticut, AS, pada 1993 di mana dia terkenal berprestasi dalam olah raga termasuk gulat, sang pangeran masuk akademi militer Inggris yang prestisius, Royal Military Academy di Sandhurst.

Dia pernah mendapatkan medali Brunei Medal for Excellence dan ditugaskan sebagai komandan pada December 1994 selagi masih remaja.

Sang pangeran juga pernah mendapatkan penghargaan-penghargan asing lainnya, termasuk Knighthood dari Inggris, Legiun Asing dari Prancis, dan Bintang Matahari Terbit dari Jepang.

Dia masih menjadi jenderal aktif pada Angkatan Bersenjata Yordania dan menjadi Presiden Asosiasi Sepak Bola Yordania pada 1999.

Jika dia menang nanti, dia tidak akan memangku jabatan lebih dari satu masa jabatan dan hanya ingin menggeser fokus dari kontroversi administratif untuk kembali ke olah raga.

"Saya ingin sampai di sana, membuat perubahan yang mesti dibuat dan kemudian keluar," kata dia kepada New York Times seperti dikutip AFP.