Washington (ANTARA News) - Hanya beberapa pekan setelah menjabat Jaksa Agung Amerika Serikat, Loretta Lynch mengeluarkan sengatan maut kepada badan sepak bola dunia FIFA.

Dalam mengumumkan dakwaan korupsi kepada 14 orang termasuk sembilan pejabat sepak bola, Lynch telah menindaklanjuti sebuah penyelidikan yang memang sudah dirintisnya dan telah dengan teguh mengobarkan diri sebagai jaksa AS agresif nan tanpa kompromi di New York.

Saat dengar pendapat bagi pemastian jabatannya di Senat akhir April lalu, Lynch bersumpah untuk memburu para penjahat kerah putih dengan mengatakan "tak ada seorang pun yang di atas hukum."

Dia membuktikan kata-katanya ini Rabu kemarin di Zurich.

"Dakwaan menyangkakan korupsi (oleh para pejabat FIFA) itu adalah merajelala, sistemik dan mengakar baik di luar maupun di dalam negeri Amerika Serikat," kata Lynch.

Lynch (55) dijuluki campuran "baja dan beludru" oleh Senator Demokrat Diane Feinstein.

Saat menunjuk Lynch November tahun lalu, Presiden Barack Obama mengatakan dia akan menerapkan pengalamannya sebagai jaksa yang tangguh, independen dan sangat hormati.

Dia adalah perempuan Afro Amerika pertama yang menempati posisi jaksa agung, dan menggantikan Eric Holder, orang kulit hitam pertama yang memangku jabatan itu.

Sebagai jaksa penuntut di New York, Lynch sudah terkenal sebagai penuntut yang gigih yang membuat para mafia dan tersangka teroris dipenjarakan.

Kini dia sedang berjuang membela hak-hak sipil dan menuntut para penjahat kerah putih di Wall Street.

Namun mengejutkan dia malah memburu FIFA di luar negerinya sendiri di mana sepak bola kalah populer dari bola basket atau American football.

Namun sebelum menjabat Jaksa Agung, Lynch sudah bertugas sebagai jaksa penuntut distrik timur New York dan menangani banyak kasus korupsi, termasuk FIFA.

Dia melakukan itu dari Brooklyn, wilayah New York yang sama di mana dia mengungkapkan 47 dakwaan dan permintaan ekstradisi terhadap para tersangka yang ditangkap di Swiss.

FIFA sendiri tengah bersiap menggelar pemilihan presidennya Jumat esok di Zurich di mana Sepp Blatter tengah berjuang untuk masa jabatan berikutnya.

"Mereka telah mengorupsi bisnis sepak bola seluruh dunia demi kepentingan mereka dan memperkaya diri mereka sendiri," kata Lynch.

"Mereka melakukan ini berulang-ulang, dari tahun ke tahun, dari turnamen ke turnamen," kata dia.

"Dua generasi pejabat sepak bola," kata dia, "menggunakan posisi yang dipercayakan kepada mereka di dalam organisasinya masing-masing untuk mengumpulkan suap dari para pemasar olah raga dengan balasan hak komersial untuk turnamen-turnamen sepak bola mereka."

Lynch, yang lulusan fakultas hukum Universitas Harvard, berjanji untuk bekerjasama dengan negara-negara lain demi "mengakhiri praktik-praktik korupsi semacam itu, membasmi perbuatan jabat, dan mengadili para penjahat."

Lynch berterima kasih kepada para kolega internasionalnya yang mengambil bagian dalam penyelidikan ini, terutama Swiss, dan berjanji untuk menggelar pengadilan yang adil untuk para tersangka setelah mereka diekstradisi.

Dia mengatakan para tersangka "telah menyalahgunakan sistem keuangan AS dan melanggar hukum AS, dan kami berkeinginan membuat mereka akuntabel."

Lynch ditunjuk sebagai jaksa penuntut di New York oleh presiden Bill Clinton, dan sudah dua kali menjabat jabatan ini.

Wanita kelahiran North Carolina ini memulai karirnya di sebuah firma hukum New York sebelum ditunjuk menjadi jaksa distrik AS.

Dari 2002 sampai 2007, dia pernah bertugas sebagai penasihat penuntut mahkamah internasional yang menangani genosida di Rwanda, demikian AFP.