Jakarta (ANTARA News) - Industri keramik Indonesia memiliki keunggulan dan potensi yang cukup besar karena memiliki ketersediaan bahan baku dan sumber energi gas yang melimpah.

Selain itu juga didukung dengan deposit tambang sebagai bahan baku keramik yang cukup besar dan tersebar di berbagai daerah seperti ball clay, feldspar, dan zircon, maupun ketersediaan energi gas yang melimpah sebagai bahan bakar proses produksinya.

Demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Haris Munandar pada acara Seminar Nasional Keramik XIV dengan tema “Membangun Litbang yang Produktif dan Efektif untuk Meningkatkanu Kemandirian Industri” yang diselenggarakan di Bandung, Rabu.

"Selama 30 tahun terakhir, perkembangan industri keramik nasional menjadi salah satu industri unggulan dalam negeri dan prospek industri keramik nasional memiliki peluang cukup besar untuk jangka waktu yang cukup panjang," kata Haris melalui siaran pers.

Hal itu seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat, terutama untuk jenis tile atau ubin karena didukung oleh pertumbuhan pembangunan baik properti maupun perumahan.

Pada 2014, industri keramik Indonesia memiliki kapasitas 1,8 juta m2/hari dan produksi 1,6 juta m2/hari.

Hasil produksi 87 persen diserap pasar lokal dan 13 persen di ekspor, di mana nilai penjualan industri keramik mencapai Rp30 triliun dan diproyeksikan pada tahun 2015 mencapai Rp36 triliun.

Saat ini, produsen keramik lantai dan dinding berjumlah 35 perusahaan dengan jumlah pabrik keseluruhan 95 unit. Secara keseluruhan industri keramik mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 200.000 orang.

"Industri keramik nasional masih berpeluang untuk dikembangkan, mengingat konsumsi keramik perkapita yang masih rendah sekitar 1 m2 dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya sudah di atas 2m2," ujar Haris.

Bahkan, dengan jumlah penduduk 250 juta serta didukung prospek pembangunan properti dan konstruksi di Indonesia, peluang pasar itu diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik.