Menperin lindungi industri kertas dari intervensi asing
22 Mei 2015 20:46 WIB
Menteri Perindustrian Saleh Husin (kedua kanan) didampingi Direktur Royal Golden Eagle (RGE) Anderson Tanoto (kanan), Managing Director APRIL Group Indonesia Operations Tony Wenas (tengah) dan Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman (kiri) menekan tombol tanda dimulainya pemancangan tiang pertama pembangunan fasilitas produksi kertas digital premium APRIL Grup di Kabupaten Pelalawan, Riau, Jumat (22/5/15). (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Pekanbaru (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin menyatakan pemerintah akan memproteksi industri kertas dari gangguan intervensi asing berupa kampanye negatif terhadap produk nasional yang berorientasi ekspor.
"Ini tidak perlu ditakuti, yang penting (produk) ini adalah 100 persen bahan bakunya berasal dari dalam negeri, dari hutan tanaman industri, dan seluruhnya 85 persen untuk ekspor jadi tentu ini harus kita dukung," kata Saleh Husin di Pelalawan, Riau, Jumat.
Hal ini disampaikan Saleh Husin setelah meresmikan pemancangan batu pertama fasilitas mesin produksi kertas digital premium senilai Rp4 triliun di pabrik PT Riau Andalah Pulp and Paper (RAPP), anak perusahaan APRIL Grup, di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Ia menilai bahwa intervensi asing pasti akan terus membayangi industri "pulp" (bubur kertas) dan kertas nasional, diantaranya dari kampanye negatif sejumlah kelompok yang disinyalir bermotif persaingan usaha.
"Namanya juga bersaing pasti ada berbagai cara akan dilakukan dalam rangka persaingan usaha," ujarnya.
Managing Director APRIL Group Indonesia Operation, Tony Wenas, mengatakan industri pulp dan kertas nasional sangat mendambakan pemerintah memberikan dukungan mulai dalam bentuk kebijakan fiskal hingga proteksi hukum yang menjamin perkembangan usaha.
Menurut dia, sektor industri membutuhkan kondisi domestik yang kondusif berupa kepastian hukum dan perizinan dari pemerintah, sehingga tidak lagi mendapatkan intervensi dan gangguan dalam beroperasi.
"Apa yang industri sangat butuhkan adalah kepastian hukum dan jaminan untuk bisa berusaha," kata Tony.
Salah satu hambatan untuk industri kertas yang berorientasi ekspor adalah kampanye negatif yang disinyalir datang dari negara asing yang merasa Indonesia sebagai ancaman dalam persaingan bisnis pulp dan kertas dunia. Kampanye negatif itu sering dihembuskan oleh lembaga swadaya masyarakat yang kerap menuding tanpa bukti yang jelas.
"Kalau situasi sudah kondusif dan ada kepastian hukum serta perizinan, operasional perusahaan akan menjadi lancar dan target yang sudah ditetapkan bisa dicapai dengan lebih mudah," katanya.
Ia mengatakan pihaknya tidak main-main dalam meningkatkan kinerja dengan menggelontorkan investasi Rp4 triliun untuk fasilitas mesin produksi kertas digital premium yang akan meningkatkan kemampuan APRIL memproduksi produk bernilai tambah tinggi dari bahan baku yang terbarukan untuk diekspor ke pasar global.
Investasi tersebut merupakan intensifikasi produk yang menggunakan 100 persen bahan baku dari hutan tanaman industri (HTI) sehingga meningkatkan kapasitas produksi APRIL Grup dari 820.000 ton menjadi 1.150.000 ton per tahun yang ditujukan untuk pasar ekspor. Artinya, produksi kertas bisa meningkat dengan pasokan bahan baku dari HTI yang sudah ada.
"Dengan demikian, apa yang baik bagi perusahaan juga baik untuk masyarakat, lingkungan, dan ekonomi secara keseluruhan melalui kenaikan devisa ekspor," ujar Tony Wenas.
"Ini tidak perlu ditakuti, yang penting (produk) ini adalah 100 persen bahan bakunya berasal dari dalam negeri, dari hutan tanaman industri, dan seluruhnya 85 persen untuk ekspor jadi tentu ini harus kita dukung," kata Saleh Husin di Pelalawan, Riau, Jumat.
Hal ini disampaikan Saleh Husin setelah meresmikan pemancangan batu pertama fasilitas mesin produksi kertas digital premium senilai Rp4 triliun di pabrik PT Riau Andalah Pulp and Paper (RAPP), anak perusahaan APRIL Grup, di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Ia menilai bahwa intervensi asing pasti akan terus membayangi industri "pulp" (bubur kertas) dan kertas nasional, diantaranya dari kampanye negatif sejumlah kelompok yang disinyalir bermotif persaingan usaha.
"Namanya juga bersaing pasti ada berbagai cara akan dilakukan dalam rangka persaingan usaha," ujarnya.
Managing Director APRIL Group Indonesia Operation, Tony Wenas, mengatakan industri pulp dan kertas nasional sangat mendambakan pemerintah memberikan dukungan mulai dalam bentuk kebijakan fiskal hingga proteksi hukum yang menjamin perkembangan usaha.
Menurut dia, sektor industri membutuhkan kondisi domestik yang kondusif berupa kepastian hukum dan perizinan dari pemerintah, sehingga tidak lagi mendapatkan intervensi dan gangguan dalam beroperasi.
"Apa yang industri sangat butuhkan adalah kepastian hukum dan jaminan untuk bisa berusaha," kata Tony.
Salah satu hambatan untuk industri kertas yang berorientasi ekspor adalah kampanye negatif yang disinyalir datang dari negara asing yang merasa Indonesia sebagai ancaman dalam persaingan bisnis pulp dan kertas dunia. Kampanye negatif itu sering dihembuskan oleh lembaga swadaya masyarakat yang kerap menuding tanpa bukti yang jelas.
"Kalau situasi sudah kondusif dan ada kepastian hukum serta perizinan, operasional perusahaan akan menjadi lancar dan target yang sudah ditetapkan bisa dicapai dengan lebih mudah," katanya.
Ia mengatakan pihaknya tidak main-main dalam meningkatkan kinerja dengan menggelontorkan investasi Rp4 triliun untuk fasilitas mesin produksi kertas digital premium yang akan meningkatkan kemampuan APRIL memproduksi produk bernilai tambah tinggi dari bahan baku yang terbarukan untuk diekspor ke pasar global.
Investasi tersebut merupakan intensifikasi produk yang menggunakan 100 persen bahan baku dari hutan tanaman industri (HTI) sehingga meningkatkan kapasitas produksi APRIL Grup dari 820.000 ton menjadi 1.150.000 ton per tahun yang ditujukan untuk pasar ekspor. Artinya, produksi kertas bisa meningkat dengan pasokan bahan baku dari HTI yang sudah ada.
"Dengan demikian, apa yang baik bagi perusahaan juga baik untuk masyarakat, lingkungan, dan ekonomi secara keseluruhan melalui kenaikan devisa ekspor," ujar Tony Wenas.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: