Masyarakat Nepal sambut baik kedatangan tim Indonesia
22 Mei 2015 18:21 WIB
Dr Andreas Andoko (kanan), yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia, memeriksa pasien warga Nepal korban gempa, Jumat (22/5). Dlm sehari, poliklinik Indonesia yang dilayani tiga tenaga medis itu, mampu melayani 150-200 warga yg berobat ke poli tersebut. (istimewa)
Bandarlampung (ANTARA News) - Masyarakat Nepal menyambut baik kedatangan tim bantuan kemanusian Indonesia karena mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat setempat, sedangkan poliklinik kesehatan dilayani tiga tenaga medis Indonesia.
Menurut dr Andreas Andoko, dari Rebana yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia, saat dihubungi di Nepal, Jumat, dalam sehari mereka mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada 150--200 orang warga setempat.
"Sejak kedatangan tim pertama hingga tim kedua, masyarakat Nepal menanggapi dengan baik bantuan yang diberikan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, yaitu menempatkan mereka sebagai pelaku utama yang berperan dengan kekuatan sendiri. Sedangkan bantuan dimaksudkan hanya sebagai pendamping dan penolong," ujarnya lagi.
Pola ini, menurutnya, sudah dilaksanakan di Indonesia dengan program desa siaga.
Pendekatan ini sudah sejak awal disampaikan dan disepakati dengan masyarakat setempat melalui tokoh-tokoh mereka, kata Andreas pula.
Ia menyebutkan, tanggapan atas pendekatan itu diwujudkan masyarakat Nepal dengan mengorganisir diri dalam kepanitiaan yang menyelenggarakan pelayanan bagi para korban.
"Mereka menggalang semua potensi yang dimiliki, menetapkan kebutuhan yang diperlukan mereka dan menanggapi bantuan secara proporsional," ujar dia lagi.
Sebagai contoh, katanya lagi, dalam penyelenggaraan pelayanan poliklinik, tenaga medis Indonesia yang hanya tiga orang, tidak mengalami kesulitan melayani pasien yang mencapai 150--200 per hari, karena mulai dari pendaftaran, pemanggilan pasien ke kamar periksa, penimbangan badan dan pengecekan tekanan daerah, penerjemah bagi tiap dokter Indonesia maupun pelayanan pemberiaan obat semua terorganisir baik oleh masyarakat setempat," kata Andreas Andoko yang juga Direktur Utama RS Baptis Indonesia itu lagi.
Bhaleshwor Yadav, Kepala Pos Kesehatan Masyarakat setempat, menyatakan tim Indonesia telah melakukan pelayanan dengan amat baik, teroganisir dan membangkitan potensi masyarakat untuk bisa menolong dirinya sendiri.
Sedangkan, Sagar Shrestha yang sehari-hari adalah Sales Manager perusahan finance IME di Nepal, juga ketua tim relawan setempat "we love you, you love us", menyebutkan mereka berterima kasih atas pelayanan bantuan dari Indonesia.
"Kami belajar bagaimana mengorganisasikan diri sebagai sebuah komunitas untuk bersama-sama mengatasi masalah kami," katanya, sebagaimana disampaikan dr Andreas Andoko, saat menjawab pertanyaan apa saja yang bisa dipelajari dari kerja sama dengan Tim Indonesia selama tiga pekan terakhir.
Indonesia sudah dua kali mengirimkan tim bantuan ke Nepal, setelah negara itu dilanda gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter pada 29 April lalu.
Tim Pertama berangkat pada 28 April 2015 di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Mereka terdiri dari personel TNI, Kemenkes dan BNPB. Fokus bantuan mereka pada pelayanan rumah sakit lapangan dan pengiriman logistik.
Pemerintah Nepal menetapkan Desa Satunggal Distrik Chandragiri, Kathmandu sebagai daerah operasi tim pertama yang mengakhiri tugas pada 15 Mei 2015.
Sedangkan tim kedua berangkat di bawah koordinasi Humanitarian Forum Indonesia.
Menurut dr Andreas Andoko, dari Rebana yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia, saat dihubungi di Nepal, Jumat, dalam sehari mereka mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada 150--200 orang warga setempat.
"Sejak kedatangan tim pertama hingga tim kedua, masyarakat Nepal menanggapi dengan baik bantuan yang diberikan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat, yaitu menempatkan mereka sebagai pelaku utama yang berperan dengan kekuatan sendiri. Sedangkan bantuan dimaksudkan hanya sebagai pendamping dan penolong," ujarnya lagi.
Pola ini, menurutnya, sudah dilaksanakan di Indonesia dengan program desa siaga.
Pendekatan ini sudah sejak awal disampaikan dan disepakati dengan masyarakat setempat melalui tokoh-tokoh mereka, kata Andreas pula.
Ia menyebutkan, tanggapan atas pendekatan itu diwujudkan masyarakat Nepal dengan mengorganisir diri dalam kepanitiaan yang menyelenggarakan pelayanan bagi para korban.
"Mereka menggalang semua potensi yang dimiliki, menetapkan kebutuhan yang diperlukan mereka dan menanggapi bantuan secara proporsional," ujar dia lagi.
Sebagai contoh, katanya lagi, dalam penyelenggaraan pelayanan poliklinik, tenaga medis Indonesia yang hanya tiga orang, tidak mengalami kesulitan melayani pasien yang mencapai 150--200 per hari, karena mulai dari pendaftaran, pemanggilan pasien ke kamar periksa, penimbangan badan dan pengecekan tekanan daerah, penerjemah bagi tiap dokter Indonesia maupun pelayanan pemberiaan obat semua terorganisir baik oleh masyarakat setempat," kata Andreas Andoko yang juga Direktur Utama RS Baptis Indonesia itu lagi.
Bhaleshwor Yadav, Kepala Pos Kesehatan Masyarakat setempat, menyatakan tim Indonesia telah melakukan pelayanan dengan amat baik, teroganisir dan membangkitan potensi masyarakat untuk bisa menolong dirinya sendiri.
Sedangkan, Sagar Shrestha yang sehari-hari adalah Sales Manager perusahan finance IME di Nepal, juga ketua tim relawan setempat "we love you, you love us", menyebutkan mereka berterima kasih atas pelayanan bantuan dari Indonesia.
"Kami belajar bagaimana mengorganisasikan diri sebagai sebuah komunitas untuk bersama-sama mengatasi masalah kami," katanya, sebagaimana disampaikan dr Andreas Andoko, saat menjawab pertanyaan apa saja yang bisa dipelajari dari kerja sama dengan Tim Indonesia selama tiga pekan terakhir.
Indonesia sudah dua kali mengirimkan tim bantuan ke Nepal, setelah negara itu dilanda gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter pada 29 April lalu.
Tim Pertama berangkat pada 28 April 2015 di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Mereka terdiri dari personel TNI, Kemenkes dan BNPB. Fokus bantuan mereka pada pelayanan rumah sakit lapangan dan pengiriman logistik.
Pemerintah Nepal menetapkan Desa Satunggal Distrik Chandragiri, Kathmandu sebagai daerah operasi tim pertama yang mengakhiri tugas pada 15 Mei 2015.
Sedangkan tim kedua berangkat di bawah koordinasi Humanitarian Forum Indonesia.
Pewarta: Hisar Sitanggang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: