Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia, Jumat, membalikkan kenaikan tajam pada sesi sebelumnya yang didorong oleh harapan bahwa kelebihan pasokan global dapat segera berakhir.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli melemah 11 sen menjadi 60,61 dolar AS per dolar AS, sementara minyak mentah Brent untuk Juli turun 18 sen menjadi 66,33 dolar AS di perdagangan sore.

WTI melonjak 1,74 dolar AS dan Brent naik 1,51 dolar AS pada Kamis di hari kedua reli setelah Departemen Energi AS (DoE) merilis laporan stok minyak terbaru, yang sebagian besar dilihat oleh para analis sebagai "bullish".

"Sekarang, reli tampaknya telah berakhir mungkin akibat ambil untung karena pasar menyesuaikan kembali," Nicholas Teo, analis pasar di CMC Markets di Singapura, mengatakan kepada AFP.

Laporan DoE pada Rabu menunjukkan persediaan minyak mentah AS jatuh untuk ketiga minggu berturut-turut, sebesar 2,7 juta barel, lebih besar dari perkiraan para analis.

Penurunan persediaan AS biasanya menunjukkan permintaan yang sehat di konsumen minyak mentah utama dunia itu.

"Kami tidak pernah memperkirakan angka persediaan AS turun sebanyak itu dan reli harga malam tadi adalah karena pedagang bereaksi terhadap penurunan ini," kata Teo.

Laporan ini juga menunjukkan produksi minyak AS turun 112.000 barel per hari menjadi 9,26 juta barel.

Penurunan produksi telah menimbulkan harapan pengurangan dalam penumpukan cadangan minyak mentah global, yang merupakan alasan utama jatuhnya harga lebih dari 50 persen antara Juni hingga Januari lalu.

Daniel Ang, analis investasi pada Phillip Futures di Singapura, mengatakan harga minyak tetap didukung akibat melemahnya dolar, karena harapan kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat menghilang.

Risalah dari pertemuan kebijakan Federal Reserve AS April yang dirilis Rabu menunjukkan anggota dewan khawatir ekonomi terbesar di dunia itu belum siap untuk menyerap kenaikan suku bunga dari rekor terendah saat ini.

"Dengan ekspektasi kenaikan suku bunga didorong mundur kembali, kekuatan dolar AS akan tetap lebih rendah untuk jangka waktu yang lama," kata Ang.

Dolar AS yang lebih lemah membuat minyak yang dalam harga dolar lebih murah untuk investor internasional sehingga cenderung meningkatkan permintaan.

(Uu.A026)