FH Ubaya juarai Debat Konstitusi antarmahasiswa regional timur
22 Mei 2015 00:24 WIB
Ilustrasi. Suasana kompetisi Debat Konstitusi antara Universitas Indonesia dengan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang diselenggarkan di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Senin (25/6). Kompetisi yang diikuti perguruan tinggi se-Indonesia tersebut nantinya diharapkam para mahasiswa dapat membantu memecahkan persoalan-persoalan konstitusi sesuai dengan UUD 1945. (ANTARA/Zabur Karuru)
Surabaya (ANTARA News) - Tim mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Surabaya (FH Ubaya) menjadi juara pertama Debat Konstitusi Antarmahasiswa Regional Timur yang digelar Mahkamah Konstitusi (MK) di Surabaya, Kamis.
"Kami tidak punya target juara. Tapi kami punya target untuk berusaha semaksimal mungkin, karena itu kalau akhirnya menjadi juara adalah bonus," kata anggota tim mahasiswa Ubaya, Edward Henoek.
Dalam final yang dihadiri ketua panitia nasional Debat Konstitusi dari MK, Elisabeth Mayoan, tim Ubaya yang menjadi juara pertama terdiri Henoek, Revina Violetta, dan Anita Mihardja.
Untuk juara kedua pada kompetisi tingkat regional timur itu diraih tim mahasiswa Unair dan juara ketiga disabet tim mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.
"Kami tidak ada persiapan berupa latihan khusus, kecuali kami bertiga membuat sendiri artikel untuk dikirim kepada panitia, sehingga kami menguasai persoalan dalam debat itu," kata Edward Henoek.
Mahasiswa semester 2 FH Ubaya itu menjelaskan timnya juga beruntung bisa mengikuti lomba debat mahasiswa bidang lingkungan hidup di UI Jakarta pada bulan April-Mei lalu.
"Meski lomba di UI itu, kami meraih juara kedua, tapi lomba tersebut menjadi semacam ajang latihan untuk lomba Debat Konstitusi oleh MK yang kebetulan diadakan di Perpustakaan Ubaya ini," katanya.
Apalagi, katanya, ada 41 tim yang mengirimkan artikel, meski akhirnya hanya 24 tim yang lolos pada babak penyisihan dan dibagi dalam delapan grup untuk perempatfinal, lalu pemenang grup melaju ke babak final.
"Kami bersyukur bisa masuk final dalam lomba Debat Konstitusi itu untuk beradu argumentasi dalam tujuh tema, di antaranya lelang jabatan, dana parpol dari APBN, remisi koruptor, kewenangan praperadilan, dan sebagainya," katanya.
Secara terpisah, ketua panitia nasional Debat Konstitusi dari MK, Elisabeth Mayoan, mengatakan kompetisi nasional Debat Konstitusi dibagi dalam tiga regional yakni barat, tengah, dan timur.
"Pada setiap regional ada 24 tim, lalu setiap regional akan diambil delapan tim untuk diadu di tingkat nasional pada awal Juni di Cisarua, Bogor. Target kami, mahasiswa bisa berdebat secara beretika, bukan debat kusir," katanya.
Dalam lomba Debat Konstitusi tingkat regional itu, juara pertama mendapatkan piala, sertifikat, dan dana pembinaan Rp15 juta, lalu juara kedua mendapatkan dana pembinaan Rp12 juta, dan juara ketiga Rp9 juta.
"Kami tidak punya target juara. Tapi kami punya target untuk berusaha semaksimal mungkin, karena itu kalau akhirnya menjadi juara adalah bonus," kata anggota tim mahasiswa Ubaya, Edward Henoek.
Dalam final yang dihadiri ketua panitia nasional Debat Konstitusi dari MK, Elisabeth Mayoan, tim Ubaya yang menjadi juara pertama terdiri Henoek, Revina Violetta, dan Anita Mihardja.
Untuk juara kedua pada kompetisi tingkat regional timur itu diraih tim mahasiswa Unair dan juara ketiga disabet tim mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin.
"Kami tidak ada persiapan berupa latihan khusus, kecuali kami bertiga membuat sendiri artikel untuk dikirim kepada panitia, sehingga kami menguasai persoalan dalam debat itu," kata Edward Henoek.
Mahasiswa semester 2 FH Ubaya itu menjelaskan timnya juga beruntung bisa mengikuti lomba debat mahasiswa bidang lingkungan hidup di UI Jakarta pada bulan April-Mei lalu.
"Meski lomba di UI itu, kami meraih juara kedua, tapi lomba tersebut menjadi semacam ajang latihan untuk lomba Debat Konstitusi oleh MK yang kebetulan diadakan di Perpustakaan Ubaya ini," katanya.
Apalagi, katanya, ada 41 tim yang mengirimkan artikel, meski akhirnya hanya 24 tim yang lolos pada babak penyisihan dan dibagi dalam delapan grup untuk perempatfinal, lalu pemenang grup melaju ke babak final.
"Kami bersyukur bisa masuk final dalam lomba Debat Konstitusi itu untuk beradu argumentasi dalam tujuh tema, di antaranya lelang jabatan, dana parpol dari APBN, remisi koruptor, kewenangan praperadilan, dan sebagainya," katanya.
Secara terpisah, ketua panitia nasional Debat Konstitusi dari MK, Elisabeth Mayoan, mengatakan kompetisi nasional Debat Konstitusi dibagi dalam tiga regional yakni barat, tengah, dan timur.
"Pada setiap regional ada 24 tim, lalu setiap regional akan diambil delapan tim untuk diadu di tingkat nasional pada awal Juni di Cisarua, Bogor. Target kami, mahasiswa bisa berdebat secara beretika, bukan debat kusir," katanya.
Dalam lomba Debat Konstitusi tingkat regional itu, juara pertama mendapatkan piala, sertifikat, dan dana pembinaan Rp15 juta, lalu juara kedua mendapatkan dana pembinaan Rp12 juta, dan juara ketiga Rp9 juta.
Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: