Letusan Gunung Lokon lontarkan batu dua kilometer
20 Mei 2015 21:57 WIB
Gunung Api Lokon mengeluarkan debu vulkanik di Tomohon, Sulawesi Utara, Rabu (20/3). Letusan terjadi pada pukul 07.57 Wita setinggi 2000 meter dan suara dentuman terdengar hingga lima kilometer. (FOTO ANTARA/Fiqman Sunandar) ()
Tomohon (ANTARA News) - Letusan Gunung Lokon di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Rabu (20/5) pukul 15.20 WITA melontarkan material batu bersuhu tinggi sejauh dua kilometer ke arah timur kawah.
"Yang kelihatan seperti berasap ini adalah batu yang terlontar. Setelah jatuh langsung hancur. Diperkirakan suhu pada saat letusan 700-1.000 derajat selsius," kata pengamat Pos Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen Ferry di Tomohon, ketika menunjukkan foto yang diambil beberapa saat setelah letusan.
Ferry menambahkan, lontaran material vulkanik pijar tersebut masih masuk dalam radius bahaya yang direkomendasikan yaitu sejauh 2,5 kilometer.
Karena itu, kata dia, rekomendasi radius bahaya tersebut dimaksudkan untuk menghindari munculnya korban jiwa bila terjadi letusan tiba-tiba.
"Dapat dibayangkan bila pada saat letusan ada warga atau pendaki yang ada di radius bahaya sejauh 2,5 kilometer. Tentu akan sangat membahayakan keselamatan jiwa," ujarnya.
Karena itu, pusat vulkanologi mitigasi bencana geologi tetap berharap warga tidak melakukan aktivitas di radius bahaya yang direkomendasikan, apalagi aktivitas vulkanik pasca letusan masih tinggi.
"Masih terekam tremor serta gempa-gempa vulkanik pascaerupsi. Artinya, aktivitas masih belum normal dan berpeluang meletus," katanya.
Letusan yang terjadi sore tadi, memuntahkan material debu vulkanik setinggi 1.500 meter dan tertiup angin ke arah barat laut hingga utara.
Letusan terakhir salah satu gunung api aktif selain Gunung Soputan (Kabupaten Minahasa Tenggara) dan Gunung Karangetang (Kabupaten Kepulauan Sitaro) terjadi pada September 2014 lalu.
"Yang kelihatan seperti berasap ini adalah batu yang terlontar. Setelah jatuh langsung hancur. Diperkirakan suhu pada saat letusan 700-1.000 derajat selsius," kata pengamat Pos Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen Ferry di Tomohon, ketika menunjukkan foto yang diambil beberapa saat setelah letusan.
Ferry menambahkan, lontaran material vulkanik pijar tersebut masih masuk dalam radius bahaya yang direkomendasikan yaitu sejauh 2,5 kilometer.
Karena itu, kata dia, rekomendasi radius bahaya tersebut dimaksudkan untuk menghindari munculnya korban jiwa bila terjadi letusan tiba-tiba.
"Dapat dibayangkan bila pada saat letusan ada warga atau pendaki yang ada di radius bahaya sejauh 2,5 kilometer. Tentu akan sangat membahayakan keselamatan jiwa," ujarnya.
Karena itu, pusat vulkanologi mitigasi bencana geologi tetap berharap warga tidak melakukan aktivitas di radius bahaya yang direkomendasikan, apalagi aktivitas vulkanik pasca letusan masih tinggi.
"Masih terekam tremor serta gempa-gempa vulkanik pascaerupsi. Artinya, aktivitas masih belum normal dan berpeluang meletus," katanya.
Letusan yang terjadi sore tadi, memuntahkan material debu vulkanik setinggi 1.500 meter dan tertiup angin ke arah barat laut hingga utara.
Letusan terakhir salah satu gunung api aktif selain Gunung Soputan (Kabupaten Minahasa Tenggara) dan Gunung Karangetang (Kabupaten Kepulauan Sitaro) terjadi pada September 2014 lalu.
Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: