Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan berencana untuk mengelola tata niaga impor khususnya barang konsumsi ditengah melemahnya perekonomian dunia demi menjaga pasar dan industri dalam negeri dari serbuan produk impor.

"Kita mencari cara untuk mengendalikan, karena jika tidak, maka industri dalam negeri yang kecil itu akan mati. Ini harus kita kelola (impor)," kata Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Dalam kondisi perekonomian dunia yang tengah lesu seperti saat ini, lanjut Rachmat, pemerintah harus bisa menjaga industri nasional, sehingga Kementerian Perdagangan akan melakukan pengelolaan impor khususnya untuk barang konsumsi.

"Semangat dari Kementerian Perdagangan adalah mengontrol dengan ketat impor-impor yang memang bisa dikurangi, barang konsumsi khususnya, untuk melindungi industri dalam negeri," ujar Rachmat.

Rachmat menambahkan, pemerintah memiliki komitmen untuk menjaga industri kecil di dalam negeri khususnya untuk usaha kecil menengah (UKM), dan juga untuk menjaga neraca perdagangan agar bisa terus mengantongi surplus.

"Kita mengelola impor-impor seperti produk barang konsumsi agar kita bisa dorong industri dalam negeri untuk lebih bisa berkembang. Ini yang kita upayakan ditengah kesulitan sekarang," ujar Rachmat.


Amankan neraca perdagangan

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Partogi Pangaribuan, mengatakan bahwa dengan lesunya perekonomian dunia, maka pihaknya terus mengedepankan bagaimana cara untuk mengamankan neraca perdagangan Indonesia.

"Dalam kondisi seperti ini, kami berpikir untuk bagaimana mengamankan neraca perdagangan. Industri dalam negeri harus tetap hidup, kita harus kelola impor," ujar Partogi.

Menurut Partogi, pengelolaan impor tersebut ditujukan agar industri dalam negeri bisa bertahan, dan pada saat pasar dunia mulai membaik seiring dengan menguatnya industri dalam negeri, maka produk-produk dalam negeri akan mampu melakukan penetrasi ke pasar ekspor yang sudah dibina dari saat ini.

Partogi menjelaskan, beberapa produk yang akan dikelola importasinya antara lain adalah produk elektronika, mainan anak, makanan minuman, alas kaki, bahan dan garmen bermotif batik serta telepon seluler.

"Kita akan mengelola tujuh produk impor, karena kelompok itu mendistorsi pasar. Sebentar lagi kita juga akan keluarkan untuk impor bahan bermotif batik dan juga garmen bermotif batik," ujar Partogi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan, Indonesia pada April 2015 mampu mengantongi surplus sebesaar 454,4 juta dolar Amerika Serikat, sehingga secara kumulatif Januari-April 2015 mampu mencatat surplus sebesar 2,77 miliar dolar AS.

Kinerja impor pada periode Januari-April 2015 tercatat sebesar 49,36 miliar dolar AS, atau mengalami penurunan sebesar 17,02 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014 lalu yang tercatat sebesar 59,48 miliar dolar AS.

Meskipun impor menurun, kinerja ekspor juga mengalami hal serupa dimana pada periode Januari-April 2015 tercatat sebesar 52,13 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 11,02 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar 58,59 miliar dolar AS.