Sidoarjo (ANTARA News) - Pengungsi korban luapan lumpur di Pasar Baru Porong (PBP) mengeluhkan menu nasi bungkus bantuan dari Lapindo Brantas Inc yang dikelola Dinas Sosial Pemkab Sidoarjo, Jatim. Informasi yang dihimpun ANTARA Nedws, Kamis menyebutkan, menu nasi bungkus itu membosankan dan cenderung tetap dari hari ke hari. Nilainya tidak sesuai dengan besarnya bantuan yang diberikan Lapindo, yakni Rp 15 ribu per hari setiap jiwa. Mengenai rendahnya kualitas menu nasi bungkus itu, sebenarnya sejak awal disoal para pengungsi di PBP. Selain terlambat ke tangan pengungsi, menunya kurang enak. Beberapa pengungsi menilai, bahwa nilai nasi satu bungkus nilainya lebih rendah dari plafon harga umum. Itu bisa dilihat menunya, misalnya daging, telor dan tambah tempe-tahu. Dengan menu yang diberikan tiap hari itu, paling mahal Rp 3.000 per bungkus. "Boleh mengambil untung, tapi jangan selisih banyak. Kalau keuntungan dikalikan, untungnya banyak sekali. Sebab, jumlah pengungsi ribuan ," kata salah seorang pengungsi Ny.Yanti. Selain itu, menu yang diberikan tiap hari antara pagi hingga malam, selalu sama, sehingga membosankan. Karena itu, pengungsi minta menu bervariasi. Para pengungsi juga mengeluhkan soal air bersih, yang selama ini masih relatif minim untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika air bersih cukup, lebih baik pengungsi masak sendiri-sendiri. Kepala Dinas Sosial Sidoarjo, Hisjam Rosidi, dikonfirmasi, membenarkan jika bantuan nasi bungkus untuk pengungsi bantuan Lapindo Brantas Inc. "Memang, yang kita klaimkan untuk bantuan nasih bungkus pengungsi kepada Lapindo sebesar Rp 15 ribu perhari per jiwa. Dan setiap tiga hari sekali klaim bantuan nasi bungkus itu dibayar Lapindo. Untuk pengelolaannya, kita serahkan ke pihak ke tiga, yang mendirikan dapur umum di pasar baru Porong," katanya. Soal keluhan menu makanan yang tidak setara dengan nilai bantuan, dinilai relatif. "Kita harus menanggapi secara bijak, apalagi saat ini harga sembako di pasaran cenderung naik. Namun keluhan pengungsi tetap kita perhatinan. Saya akan mengecek di lapangan," katanya. Data di posko, pengungsi pasca meledaknya jaringan pipa Pertamina, hingga saat ini 3.545 KK atau 12.463 jiwa. Rinciannya, 2.427 KK atau 12.037 jiwa, sebagian besar warga Perum TAS I Kedungbendo dan perkampungan desa setempat. Untuk jumlah pengungsi di Balai Desa Ketapang, Kec Tanggulangin, mencapai 93 KK atau 347 jiwa dan di BPSI Dinsos Jatim berjumlah 25 KK atau 79 jiwa.(*)