Ban Ki-moon desak semua pihak di Burundi untuk tenang
14 Mei 2015 08:30 WIB
Pengunjuk rasa menyerang seorang polisi wanita yang dituduh menembak seorang pengunjuk rasa di Buterere, Bujumbura, Burundi, Selasa (12/5/15). Pengunjuk rasa yang menentang keputusan presiden untuk mencalonkan diri untuk ketiga kalinya mengejar dan memukuli polisi tersebut, yang kemudian dibawa ke polisi. (REUTERS/Goran Tomasevic )
PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Rabu (13/5) mendesak semua pihak di Burundi agar bersikap tenang dan menahan diri setelah ada laporan mengenai upaya kudeta terhadap Presiden negara Afrika itu, Pierre Nkurunziza.
"Sekretaris Jenderal mengeluarkan seruan yang mendesak kepada semua pihak agar bersikap tenang dan menahan diri," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric dalam satu pertemuan rutin di Markas Besar PBB, New York, sebagaimana diberitakan Xinhua.
"Ia mengingatkan semua pemimpin Burundi mengenai perlunya untuk memelihara perdamaian dan kestabilan di negara yang telah sangat menderita akibat rangkaian kerusuhan sebelumnya," tambah Dujarric.
Burundi terperosok ke dalam kerusuhan pada Rabu, saat Presiden Burundi Pierre Nkurunziza mengatakan upaya kudeta "telah gagal".
"Situasi terkendali" kata Nkurunziza, yang berada di Ibu Kota Tanzania untuk menghadiri pertemuan puncak khusus para pemimpin Masyarakat Afrika Timur (EAC), melalui akun Twitternya.
Pada Rabu pagi, mantan kepala Badan Intelijen Nasional Burundi May. Jend. Godefroid Niyombare mengumumkan militer telah menggulingkan presiden dan para pemegang saham sedang berusaha membentuk pemerintah peralihan.
Setelah terjadi unjuk rasa di Burundi selama berhari-hari untuk menentang upaya Nkurunziza menjadi presiden negeri itu ketiga kalinya, Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mendesak Burundi agar menunda pemilihan umum, dan menyatakan suasana "tidak kondusif" bagi penyelenggaraan pemilihan umum.
(Uu.C003)
"Sekretaris Jenderal mengeluarkan seruan yang mendesak kepada semua pihak agar bersikap tenang dan menahan diri," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric dalam satu pertemuan rutin di Markas Besar PBB, New York, sebagaimana diberitakan Xinhua.
"Ia mengingatkan semua pemimpin Burundi mengenai perlunya untuk memelihara perdamaian dan kestabilan di negara yang telah sangat menderita akibat rangkaian kerusuhan sebelumnya," tambah Dujarric.
Burundi terperosok ke dalam kerusuhan pada Rabu, saat Presiden Burundi Pierre Nkurunziza mengatakan upaya kudeta "telah gagal".
"Situasi terkendali" kata Nkurunziza, yang berada di Ibu Kota Tanzania untuk menghadiri pertemuan puncak khusus para pemimpin Masyarakat Afrika Timur (EAC), melalui akun Twitternya.
Pada Rabu pagi, mantan kepala Badan Intelijen Nasional Burundi May. Jend. Godefroid Niyombare mengumumkan militer telah menggulingkan presiden dan para pemegang saham sedang berusaha membentuk pemerintah peralihan.
Setelah terjadi unjuk rasa di Burundi selama berhari-hari untuk menentang upaya Nkurunziza menjadi presiden negeri itu ketiga kalinya, Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mendesak Burundi agar menunda pemilihan umum, dan menyatakan suasana "tidak kondusif" bagi penyelenggaraan pemilihan umum.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: