Nilai perawatan pesawat 2015 capai 900 juta dollar AS
12 Mei 2015 14:39 WIB
Petugas mengecek dan merawat pesawat Garuda Indonesia di hanggar GMF, Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai perawatan pesawat di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 900 juta dollar AS, naik jika dibandingkan pada 2014 yakni 850 juta dollar AS. Pada 2020 angkanya diprediksi mencapai 2 milliar dollar AS.
"Kemampuan Industri Perbaikan dan Perawatan Pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) harus bisa menyerap ini, karena saat ini MRO di Indonesia baru bisa menyerap 30 persen dari nilai tersebut," kata Ketua Umum Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, lanjut Richard, IAMSA menggelar Konferensi Aviation MRO Indonesia (AMROI) 2015 untuk mempertemukan MRO Indonesia dengan mitra dari berbagai negara di dunia agar bisa mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya.
AMROI 2015 mendatangkan 400 peserta dari 15 negara untuk ikut berpartisipasi dan berdiskusi dengan para nara sumber untuk membahas isu-isu strategis yang berkaitan dengan perkembangan industri penerbangan di Indonesia, serta penguatan industri tersebut.
Menurutnya, kebutuhan mendesak industri ini adalah pembangunan Aerospace Park, di mana seluruh aktivitas yang mendukung aviasi nasional bisa tersedia di kawasan tersebut, mulai dari pelatihan, suku cadang, perbengkelan dan permesinan.
"Rencananya akan dibangun di Bintan, karena kami butuh tempat yang dekat dengan Singapura, karena Singapura menjadi pusat aviasi di Asia saat ini, semua pabrikan ada disana," kata Richard.
Dengan demikian, tambahnya, kawasan tersebut akan lebih mudah mendapatkan berbagai komponen pesawat yang belum tersedia di dalam negeri.
Richard mengatakan, pembangunan Aerospace Park tersebut membutuhkan waktu sekitar dua tahun, yang akan mempekerjakan masyarakat Indonesia sebesar 95 persen dan 5 persen merupakan ahli dari luar negeri.
"Kemampuan Industri Perbaikan dan Perawatan Pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) harus bisa menyerap ini, karena saat ini MRO di Indonesia baru bisa menyerap 30 persen dari nilai tersebut," kata Ketua Umum Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia atau Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) Richard Budihadianto di Jakarta, Selasa.
Untuk itu, lanjut Richard, IAMSA menggelar Konferensi Aviation MRO Indonesia (AMROI) 2015 untuk mempertemukan MRO Indonesia dengan mitra dari berbagai negara di dunia agar bisa mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya.
AMROI 2015 mendatangkan 400 peserta dari 15 negara untuk ikut berpartisipasi dan berdiskusi dengan para nara sumber untuk membahas isu-isu strategis yang berkaitan dengan perkembangan industri penerbangan di Indonesia, serta penguatan industri tersebut.
Menurutnya, kebutuhan mendesak industri ini adalah pembangunan Aerospace Park, di mana seluruh aktivitas yang mendukung aviasi nasional bisa tersedia di kawasan tersebut, mulai dari pelatihan, suku cadang, perbengkelan dan permesinan.
"Rencananya akan dibangun di Bintan, karena kami butuh tempat yang dekat dengan Singapura, karena Singapura menjadi pusat aviasi di Asia saat ini, semua pabrikan ada disana," kata Richard.
Dengan demikian, tambahnya, kawasan tersebut akan lebih mudah mendapatkan berbagai komponen pesawat yang belum tersedia di dalam negeri.
Richard mengatakan, pembangunan Aerospace Park tersebut membutuhkan waktu sekitar dua tahun, yang akan mempekerjakan masyarakat Indonesia sebesar 95 persen dan 5 persen merupakan ahli dari luar negeri.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: