Peserta lomba desain batik Yogyakarta lampaui target
10 Mei 2015 22:41 WIB
ilustrasi Batik Rekor Terpanjang Pembatik membatik bersama pada Pemecahan Rekor MURI kategori Batik Terpanjang di Alun-Alun Utara, Yogyakarta, Kamis (2/10). (ANTARA FOTO/Noveradika)
Yogyakarta (ANTARA News) - Panitia lomba desain batik khas Yogyakarta merasa bangga dengan tingginya minat masyarakat menjadi peserta lomba dengan masuknya 452 karya atau jauh di atas target yang diharapkan.
"Awalnya, kami hanya menargetkan 100 karya yang masuk. Namun, hingga batas akhir penyerahan karya ada 452 karya yang masuk. Artinya, masyarakat benar-benar memberikan perhatian yang besar pada lomba ini," kata Kepala Bidang Sumber Daya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, peserta lomba tidak hanya berasal dari masyarakat Yogyakarta saja tetapi hingga luar daerah seperti dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, bahkan ada peserta dari Kalimantan Selatan yang mengirimkan karyanya.
Tri menyebut, seluruh karya yang masuk ke meja panitia sudah memenuhi syarat desain batik yang ditetapkan yaitu pengembangan dari tiga motif batik tradisional Yogyakarta yaitu ceplok, semen dan parang dengan warga soga.
Panitia lomba kemudian memilih 20 karya yang menjadi nominasi terbaik untuk maju ke babak final. Peserta terpilih akan mempresentasikan karyanya di hadapan dewan juri pada Senin (11/5) di Griya UMKM Kota Yogyakarta.
"Peserta juga harus mengaplikasikan motif tersebut ke kain berukuran 2x1 meter," katanya.
Dari 20 peserta, akan dipilih enam peserta terbaik untuk ditetapkan sebagai pemenang. Dewan juri akan memilih karya berdasarkan aspek orisinalitasnya, dan karya belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun.
Total hadiah yang diperebutkan adalah Rp31,5 juta dan karya dari enam peserta terbaik akan diikutsertakan dalam Jogja Fashion Week tahun ini.
Selain itu, desain dari pemenang akan digunakan sebagai seragam bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. "Namun, karya yang terpilih belum tentu karya dari pemenang pertama," katanya.
Lomba desain batik khas Yogyakarta ini didasarkan pada motif batik tradisional yang sudah ada, bukan mengangkat motif yang benar-benar baru seperti lomba yang diselenggarakan di daerah lain.
"Awalnya, kami hanya menargetkan 100 karya yang masuk. Namun, hingga batas akhir penyerahan karya ada 452 karya yang masuk. Artinya, masyarakat benar-benar memberikan perhatian yang besar pada lomba ini," kata Kepala Bidang Sumber Daya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, peserta lomba tidak hanya berasal dari masyarakat Yogyakarta saja tetapi hingga luar daerah seperti dari Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, bahkan ada peserta dari Kalimantan Selatan yang mengirimkan karyanya.
Tri menyebut, seluruh karya yang masuk ke meja panitia sudah memenuhi syarat desain batik yang ditetapkan yaitu pengembangan dari tiga motif batik tradisional Yogyakarta yaitu ceplok, semen dan parang dengan warga soga.
Panitia lomba kemudian memilih 20 karya yang menjadi nominasi terbaik untuk maju ke babak final. Peserta terpilih akan mempresentasikan karyanya di hadapan dewan juri pada Senin (11/5) di Griya UMKM Kota Yogyakarta.
"Peserta juga harus mengaplikasikan motif tersebut ke kain berukuran 2x1 meter," katanya.
Dari 20 peserta, akan dipilih enam peserta terbaik untuk ditetapkan sebagai pemenang. Dewan juri akan memilih karya berdasarkan aspek orisinalitasnya, dan karya belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun.
Total hadiah yang diperebutkan adalah Rp31,5 juta dan karya dari enam peserta terbaik akan diikutsertakan dalam Jogja Fashion Week tahun ini.
Selain itu, desain dari pemenang akan digunakan sebagai seragam bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. "Namun, karya yang terpilih belum tentu karya dari pemenang pertama," katanya.
Lomba desain batik khas Yogyakarta ini didasarkan pada motif batik tradisional yang sudah ada, bukan mengangkat motif yang benar-benar baru seperti lomba yang diselenggarakan di daerah lain.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: