"Sebelumnya kerusakan tidak seperti saat ini. Kerusakan parah terjadi di sekitar Pulau Kasiak yang merupakan zona inti penangkaran penyu," kata dia, Jumat.
Sementara di sekitarnya,seperti Pulau Angso Duo, Bando, dan Pulau Ujuan tidak mengalami kerusakan parah.
Penyebab kerusakan terumbu karang menurut dia antara lain oleh ulah manusia dan pemanasan global.
Hal lain kata dia, juga dipengaruhi pasang surut, sampah, pola arus sungai dari mulut muara yang tercemar, dan proses sedimentasi juga turut mempengaruhi kerusakan.
"Terumbu karang yang ada di sini pada umumnya jenis acropora, dengan bentuk telunjuk manusia, itulah yang saat ini sedang kita lestarikan keberadaanya," ujarnya.
Ia menyebutkan, menanggapi kerusakan tersebut pihaknya bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat telah mengadakan upaya maksimal seperti mengadakan transpalasi terumbu karang dengan bantuan bahan semen.
Upaya transpalasi terumbu karang sudah ia kerjakan sejak 2013 dan sudah dibuat 250 media dengan penyebaran di enam titik untuk jenis terumbu karang acropora.
"Hasilnya belum memuaskan, karena dari sekian banyak yang kita tanam hanya berhasil sekitar 10 persen," kata dia.
"Terumbu karang yang ada di sini pada umumnya jenis acropora, dengan bentuk telunjuk manusia, itulah yang saat ini sedang kita lestarikan keberadaanya," ujarnya.
Ia menyebutkan, menanggapi kerusakan tersebut pihaknya bersama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat telah mengadakan upaya maksimal seperti mengadakan transpalasi terumbu karang dengan bantuan bahan semen.
Upaya transpalasi terumbu karang sudah ia kerjakan sejak 2013 dan sudah dibuat 250 media dengan penyebaran di enam titik untuk jenis terumbu karang acropora.
"Hasilnya belum memuaskan, karena dari sekian banyak yang kita tanam hanya berhasil sekitar 10 persen," kata dia.