Bandara Matak ConocoPhillips kembali beroperasi
8 Mei 2015 18:43 WIB
ilustrasi Perluasan Bandara Soetta Pesawat komersial melintas di dekat proyek pembangunan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta,Tangerang, Banten, Rabu (25/2). (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Batam (ANTARA News) - Bandara Matak ConocoPhillips di Kabupaten Kepulauan Anambas Kepulauan Riau kembali beroperasi, Jumat, setelah sepanjang Kamis (7/5) berhenti beroperasi akibat diblokir warga setempat.
"Hari ini sudah beroperasi 90 persen," kata Manager Corporate and External Communication ConocoPhillips Diarmila Sutedja melalui sambungan telepon di Batam, Kepri, Jumat.
Ia mengatakan pemblokiran Bandara Matak pada Kamis lalu memang sempat mengganggu operasional ConocoPhillips dan beberapa perusahaan migas lainnya yang menggunakan bandara itu.
Penghentian operasional Bandara Matak juga berdampak pada target produksi minyak dan gas nasional.
Diarmila bercerita, aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga bermula dari tidak diperpanjangnya kontrak 17 orang pekerja sub kontraktor mitra ConocoPhillips, PT Supraco.
Penghentian kontrak itu terpaksa dilakukan karena kondisi perusahaan yang harus menyesuaikan diri dengan penurunan industri minyak dan gas.
Perwakilan PT Supraco dengan ConocoPhillips juga sudah berkali-kali melakukan pertemuan dengan pemerintah dan DPRD untuk menuntaskan persoalan itu. Namun tidak ditemukan kata sepakat.
Menurut Mila, sebenarnya ConocoPhillips dan PT Supraco sudah berupaya untuk membantu warga dengan menawarkan pendirian usaha kecil menengah, namun ditolak warga.
"PT Supraco juga sudah memberikan tiga sampai empat kali gaji kepada pekerja. Padahal ini tidak ada dalam aturan. Salah kalau dibilang kami tidak menggunakan hati nurani," kata dia.
Dalam kesempatan itu, ia juga membantah perusahaannya melakukan diskriminasi dan tidak memberikan kesempatan kepada warga setempat untuk bekerja di perusahaan internasional itu.
Terpisah, anggota DPD RI Haripinto menyesalkan penutupan Bandara Matak oleh warga sepanjang Kamis (7/5).
Ia mengatakan memahami keluhan warga, namun, seharusnya tuntutan bisa disampaikan dengan santun, jangan berbuat anarkis.
"Bagaimana pun juga, bandara itu untuk kepentingan nasional. Itu aset vital nasional," kata dia.
Selain menghentikan operasional ConocoPhillips, pemblokiran bandara juga bisa memutus jalur transportasi udara, dan itu membahayakan masyarakat.
"Hari ini sudah beroperasi 90 persen," kata Manager Corporate and External Communication ConocoPhillips Diarmila Sutedja melalui sambungan telepon di Batam, Kepri, Jumat.
Ia mengatakan pemblokiran Bandara Matak pada Kamis lalu memang sempat mengganggu operasional ConocoPhillips dan beberapa perusahaan migas lainnya yang menggunakan bandara itu.
Penghentian operasional Bandara Matak juga berdampak pada target produksi minyak dan gas nasional.
Diarmila bercerita, aksi unjuk rasa yang dilakukan ratusan warga bermula dari tidak diperpanjangnya kontrak 17 orang pekerja sub kontraktor mitra ConocoPhillips, PT Supraco.
Penghentian kontrak itu terpaksa dilakukan karena kondisi perusahaan yang harus menyesuaikan diri dengan penurunan industri minyak dan gas.
Perwakilan PT Supraco dengan ConocoPhillips juga sudah berkali-kali melakukan pertemuan dengan pemerintah dan DPRD untuk menuntaskan persoalan itu. Namun tidak ditemukan kata sepakat.
Menurut Mila, sebenarnya ConocoPhillips dan PT Supraco sudah berupaya untuk membantu warga dengan menawarkan pendirian usaha kecil menengah, namun ditolak warga.
"PT Supraco juga sudah memberikan tiga sampai empat kali gaji kepada pekerja. Padahal ini tidak ada dalam aturan. Salah kalau dibilang kami tidak menggunakan hati nurani," kata dia.
Dalam kesempatan itu, ia juga membantah perusahaannya melakukan diskriminasi dan tidak memberikan kesempatan kepada warga setempat untuk bekerja di perusahaan internasional itu.
Terpisah, anggota DPD RI Haripinto menyesalkan penutupan Bandara Matak oleh warga sepanjang Kamis (7/5).
Ia mengatakan memahami keluhan warga, namun, seharusnya tuntutan bisa disampaikan dengan santun, jangan berbuat anarkis.
"Bagaimana pun juga, bandara itu untuk kepentingan nasional. Itu aset vital nasional," kata dia.
Selain menghentikan operasional ConocoPhillips, pemblokiran bandara juga bisa memutus jalur transportasi udara, dan itu membahayakan masyarakat.
Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: