PBB (ANTARA News) - Utusan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kamis, berharap perundingan perdamaian Yaman, yang ditengahi PBB, segera dimulai kembali dengan memperingatkan bahwa pengiriman pasukan darat ke Yaman adalah eskalasi sembrono.

Duta Besar Vitaly Churkin mengatakan menerima jaminan dari utusan Arab Saudi dan Qatar bahwa pertemuan itu, yang direncanakan di Riyadh pada 17 Mei, akan membantu membuka jalan untuk pembicaraan PBB.

"Mereka meyakinkan saya bahwa pertemuan yang direncanakan oleh Presiden Hadi di Riyadh tidak akan menjadi upaya untuk mengganti upaya PBB. Bahkan mungkin membantu untuk melanjutkan pembicaraan PBB," kata Churkin kepada wartawan.

"Apa yang kami harapkan akan terjadi adalah, dengan cepat, penghentian segera dari semua permusuhan di Yaman dan kembalinya perundingan," katanya.

Harapan untuk meredakan pertempuran meningkat saat Arab Saudi mengusulkan gencatan senjata kemanusiaan lima hari pada Kamis.

Persekutuan pimpinan Arab Saudi melancarkan perang udara di Yaman enam minggu lalu untuk memukul mundur serangan oleh kelompok pemberontak Syiah Huthi yang memaksa Presiden Abedrabbo Mansour Hadi untuk mengungsi ke pengasingan.

Di Riyadh untuk melakukan pembicaraan, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mendesak pemberontak Houthi dan pendukung mereka untuk menyetujui gencatan senjata dan "menemukan cara damai di masa depan."

Duta besar Rusia memperingatkan bahwa pengiriman pasukan darat ke Yaman akan menjadi "eskalasi sembrono" setelah misi PBB Yaman mengirimkan permintaan ke Dewan Keamanan PBB, Rabu.

Utusan perdamaian baru PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed berada di Riyadh pada Kamis untuk meletakkan dasar untuk babak baru perundingan yang dapat berlangsung di Jenewa.

Ould Cheikh Ahmed bertemu dengan putra mahkota Arab Saudi, menteri dalam negeri, pangeran mahkota dan wakil menteri pertahanan, kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.

Masih belum jelas apakah utusan itu akan melakukan perjalanan ke Yaman atau ke Iran, yang mendukung kelompok Houthi, demikian laporan AFP.

(Uu.G003)