London (ANTARA News) - Kamis ini waktu setempat, warga Inggris mulai mendatangi bilik pemungutan suara dalam Pemilu ketat yang dapat menghasilkan pemerintahan yang lemah, memaksa London keluar dari Uni Eropa, dan kembali memicu Skotlandia memisahkan diri.
Jajak pendapat terakhir menjelang pemungutan suara menunjukka Partai Konservatif yang mendukung Perdana Menteri Inggris, David Cameron, dan Partai Buruh yang mencalonkan Ed Milliband kini berada dalam posisi seimbang.
Kedua partai itu diperkirakan tidak dapat memenangkan mayoritas kursi parlemen yang berjumlah 650.
"Pemilu ini akan menjadi yang terketat yang pernah kami saksikan. Pemenang akan ditentukan pada saat-saat terakhir," kata Milliband di depan pendukungnya di Pendie, Inggris utara.
Sementara itu sang petahana, Cameron, yakin bahwa hanya Partai Konservatif-lah yang dapat membentuk pemerintahan stabil dan "pilihan lain hanya akan menghasilkan kekacauan."
Partai Konservatif menjanjikan terciptanya lapangan kerja dan dan pemulihan ekonomi dengan cara mengurangi pajak pendapatan bagi 30 juta warga. Di sisi lain, mereka juga akan memotong anggaran negara sambil mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen.
Sementara Partai Buruh berada di spektrum ideologi yang berseberangan. Mereka menjanjikan peningkatan pendapatan pajak bagi orang-orang terkaya Inggris serta meningkatkan kualitas badan Layanan Kesehatan Nasional yang dikritik terlalu banyak menghabiskan anggaran negara.
Jika kedua partai itu tidak mampu memenangi kursi mayoritas, maka mereka akan memulai negosiasi dengan partai-partai kecil untuk berkoalisi membentuk pemerintahan.
Potensi munculnya koalisi dengan pemerintahan minoritas tersebut akan membuat pemerintahan Inggris mendatang menjadi lemah--mengorbankan sejumlah program demi menjamin dukungan dari partai lain.
Dalam survei terbaru dari lembaga YouGov, Partai Konservatif diperkirakan akan mendapatkan 284 kursi, Partai Buruh 263, Partai Nasional Skolandia (SNP) 48, Liberal Democrats 31, partai anti-Uni Eropa (UKIP) sebanyak dua kursi, Partai Hijau satu, dan sisanya terbagi antara partai Wales dan Irlandia Utara.
Jika jajak pendapat itu menjadi kenyataan, maka dua partai terbesar harus mendapatkan dukungan dari partai-partai lain untuk membentuk pemerintahan ataupun meloloskan undang-undang.
Hasil jajak pendapat itu juga menunjukkan pergeseran kekuatan politik di Inggris sejak berakhirnya Perang Dunia II di mana Partai Buruh dan Partai Konservatif hampir selalu memenangi mayoritas kursi parlemen.
SNP, yang tahun lalu kalah dalam referendum kemerdekaan Skotlandia, diperkirakan akan menangguk banyak suara di Skotlandia.
Sementara di Inggris, partai anti-Uni Eropa UKIP juga siap merusak kemenangan yang disiapkan Cameron maupun Milliband.
Jika Cameron menang, dia berjanji akan menggelar referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa pada akhir 2017 nanti. Propek itu dikhawatirkan akan merusak posisi London sebagai pusat finansial global dan mengguncang pasar.
Inggris gelar Pemilu terketat sepanjang beberapa dekade
7 Mei 2015 17:20 WIB
Ed Milliband (REUTERS)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: