Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, menguat lima poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp13.031 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpeluang menguat lebih tinggi seiring dengan membesarnya defisit neraca perdagangan Amerika Serikat menjadi 51,4 miliar dolar AS pada Maret dari 35,9 miliar dolar AS pada Februari..

"Situasi itu dapat memberikan alasan bagi dolar AS untuk kembali melanjutkan tren pelemahannya," kata Rangga.

Ia menjelaskan, jika defisit neraca perdagangan Amerika Serikat tumbuh lebih cepat dari pendapatan masyarakatnya maka pada akhirnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi negara itu sehingga kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan pelaku pasar uang sedang menanti pengumuman data tenaga kerja sektor swasta Amerika Serikat dari Automatic Data Processing Inc (ADP), yang akan menjadi acuan untuk memprediksi penggajian sektor non-pertanian.

"Itu berpengaruh pada mata uang dunia, karena menggambarkan informasi gaji sektor non-pertanian di Amerika Serikat, juga dapat memberi gambaran kapan The Fed akan menaikkan suku bunganya," kata Ariston.