WNI berniat pulang berdatangan ke posko Kathmandu
4 Mei 2015 19:33 WIB
Evakuasi WNI - Warga negara Indonesia yang menetap di Nepal mendatangi Posko Pencarian dan Evakuasi WNI di Kathmandu Guest House, Nepal, Senin (4/5), untuk mengantar Bunyiati (paling kanan) yang ingin pulang ke Tanah Air. Hingga Senin tim Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri di Nepal mendata 30 WNI yang ingin pulang ke Indonesia setelah gempa 7,9 SR melanda negara itu pada 25 April 2015. (ANTARA/Azi Fitriyanti)
Kathmandu (ANTARA News) - Warga negara Indonesia di Nepal yang berniat pulang ke Tanah Air mulai berdatangan ke Posko Pencarian dan Evakuasi Kathmandu Guest House (KGH), baik untuk mencari informasi, mendaftar atau sekaligus menyerahkan dokumen yang diperlukan, seperti paspor, foto, dan keterangan dari otoritas Nepal.
Mulai Senin pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat, Posko KGH yang juga merupakan hotel umum bagi turis di Nepal, semakin ramai oleh kedatangan satu demi satu WNI, baik yang menetap di Nepal maupun pengunjung.
Berdasarkan data terakhir pada Senin sore, Posko KGH mencatat sekitar 30 orang telah berkonsultasi dengan perwakilan Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI) untuk mengurus kepulangan mereka.
Dari puluhan WNI yang berdatangan tersebut, salah satunya adalah Bunyiati (sekitar 45 tahun), WNI asal Surabaya yang menikah dengan warga Nepal, namun ditelantarkan oleh suaminya.
Bunyiati datang diantar oleh sesama WNI yang menetap di Nepal yang kemudian sedikit bercerita dengan berlinang air mata tentang nasib malang yang menimpa dirinya.
"Saya ketemu Sanjit (nama suaminya) di Malaysia saat jadi TKI, lalu diajak ke sini, tapi ternyata dia menipu saya, suka pukul, dan saya ditelantarkan, bahkan paspor dan foto anak saya disobek-sobek" kata dia.
Bunyiati memiliki satu anak yang tinggal bersama keluarganya di Surabaya yang selama emapt tahun tinggal di Nepal tidak pernah berkomunikasi karena dilarang oleh suaminya.
Setelah ditelantarkan suami dan hingga sebelum gempa berskala 7,9 SR melanda Nepal, ia bekerja sebagai tukang cuci dari rumah ke rumah.
Belum sempat bercerita lebih banyak, staf PWNI mengajak Bunyiati untuk berkonsultasi di ruang terpisah.
WNI lain yang menetap di Nepal dan telah datang ke posko adalah Nana Ravi yang menyatakan berminat pulang ke Jakarta.
Nana telah tinggal selama dua tahun dan menikah dengan warga negara Nepal.
Nana dan suaminya tiba di Posko KGH sekitar pukul 17.00 waktu setempat dan langsung melakukan konsultasi dengan tim PWNI/BHI.
Namun, setelah berkonsultasi sekitar 10 menit, Nana mengurungkan niatnya untuk pulang karena merasa tidak enak dengan mertua.
"Saat terjadi gempa, saya baru dua hari tiba di Nepal setelah pulang kampung, jadi tidak enak juga sama mertua," kata dia.
Hingga pukul 18.00 waktu setempat, WNI yang berminat pulang masih terus berdatangan ke Posko KGH.
Berdasarkan rencana awal, para WNI yang telah terdaftar akan dipulangkan ke Indonesia pada 5 Mei, namun tim PWNI/BHI belum dapat memastikan.
Mulai Senin pagi sekitar pukul 09.00 waktu setempat, Posko KGH yang juga merupakan hotel umum bagi turis di Nepal, semakin ramai oleh kedatangan satu demi satu WNI, baik yang menetap di Nepal maupun pengunjung.
Berdasarkan data terakhir pada Senin sore, Posko KGH mencatat sekitar 30 orang telah berkonsultasi dengan perwakilan Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI) untuk mengurus kepulangan mereka.
Dari puluhan WNI yang berdatangan tersebut, salah satunya adalah Bunyiati (sekitar 45 tahun), WNI asal Surabaya yang menikah dengan warga Nepal, namun ditelantarkan oleh suaminya.
Bunyiati datang diantar oleh sesama WNI yang menetap di Nepal yang kemudian sedikit bercerita dengan berlinang air mata tentang nasib malang yang menimpa dirinya.
"Saya ketemu Sanjit (nama suaminya) di Malaysia saat jadi TKI, lalu diajak ke sini, tapi ternyata dia menipu saya, suka pukul, dan saya ditelantarkan, bahkan paspor dan foto anak saya disobek-sobek" kata dia.
Bunyiati memiliki satu anak yang tinggal bersama keluarganya di Surabaya yang selama emapt tahun tinggal di Nepal tidak pernah berkomunikasi karena dilarang oleh suaminya.
Setelah ditelantarkan suami dan hingga sebelum gempa berskala 7,9 SR melanda Nepal, ia bekerja sebagai tukang cuci dari rumah ke rumah.
Belum sempat bercerita lebih banyak, staf PWNI mengajak Bunyiati untuk berkonsultasi di ruang terpisah.
WNI lain yang menetap di Nepal dan telah datang ke posko adalah Nana Ravi yang menyatakan berminat pulang ke Jakarta.
Nana telah tinggal selama dua tahun dan menikah dengan warga negara Nepal.
Nana dan suaminya tiba di Posko KGH sekitar pukul 17.00 waktu setempat dan langsung melakukan konsultasi dengan tim PWNI/BHI.
Namun, setelah berkonsultasi sekitar 10 menit, Nana mengurungkan niatnya untuk pulang karena merasa tidak enak dengan mertua.
"Saat terjadi gempa, saya baru dua hari tiba di Nepal setelah pulang kampung, jadi tidak enak juga sama mertua," kata dia.
Hingga pukul 18.00 waktu setempat, WNI yang berminat pulang masih terus berdatangan ke Posko KGH.
Berdasarkan rencana awal, para WNI yang telah terdaftar akan dipulangkan ke Indonesia pada 5 Mei, namun tim PWNI/BHI belum dapat memastikan.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015
Tags: