"Mojang geulis" Bandung jadi "front office" Gedung Sate
4 Mei 2015 13:37 WIB
Jejaka dan Mojang Priangan meramaikan suasana puncak peringatan 60 Tahun Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di jalan Asia Afrika, Bandung, (24/4/15). (ANTARA FOTO/AACC2015/Jerry Adiguna)
Bandung (ANTARA News) , - Sebanyak enam mojang atau gadis Bandung ditempatkan sebagai petugas front office (FO) di pintu utama, utara dan barat Gedung Sate Bandung oleh Biro Humas, Protokol dan Umum Pemprov Jawa Barat.
"Alasan kami menempatkan FO dari mojang geulis (gadis cantik) ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mengubah kesan angker Gedung Sate," kata Kepala Biro Humas, Protokol dan Umum Pemprov Jabar, Ruddy Gandakusumah di Bandung, Senin.
Ia menuturkan, kesan "angker" yang dimaksud selama ini adalah Gedung Sate yang menjadi tempat kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat adalah tempat yang eksklusif.
"Orang untuk masuk Gedung Sate itu ada kesan segan, takut, katanya, eksklusif. Dan dengan adanya petugas FO ini ialah kita ingin mengubah kesan tersebut," kata Ruddy.
Sementara itu, Kasubag Tata Utasa Biro HPU Pemprov Jawa Barat, Aziz Zulficar menambahkan, keenam orang FO tersebut telah bertugas di Gedung Sate sejak 1 April 2015.
"Jadi tugas mereka itu sebenarnya bukan hanya menjadi petugas FO semata, tapi di sini mereka kami siapkan untuk jadi pemandu tamu juga yang datang ke Gedung Sate," ujar Aziz.
Menurut dia, keenam petugas FO tersebut sebelumnya diseleksi terlebih dahulu dan sempat diberikan pelatihan atau diklat FO dari Badan Sertifikasi Nasional di Kabupaten Subang selama beberapa hari.
"Dan mereka itu, dasar nya macam-macam, ada yang dari penyiar TVRI, finalis mojang-jajaka bahkan ada juga yang sebelumnya menjadi bidan. Rata-rata mereka semua sudah menempuh pendidikan S-1," ujar dia.
Untuk sementara waktu, lanjut Aziz, keenam mojang tersebut dikontrak selama satu tahun untuk bekerja sebagai front office Gedung Sate Bandung.
Salah seorang petugas front office Gedung Sate, Trizkia Nurfirdaus (21) menyatakan bangga bisa menjadi petugas FO di gedung yang dibangun saat masa kolonial tersebut.
"Tentunya bangga sekali karena untuk bisa jadi FO ini harus mengikuti seleksi yang cukup ketat karena ini proses rekrutmennya tertutup," katanya.
Ia mengaku banyak tantangan yang dihadapi oleh ia dan lima temannya yang lain saat bertugas sebagai front office Gedung Sate tersebut.
Kecantikan paras dan tubuh yang proporsional terkadang membuat mereka suka digoda oleh tamu yang datang ke Gedung Sate Bandung.
"Suka dukanya banyak, kadang ada juga yang suka iseng menggoda. Tapi kita mencoba profesional ya, kalau ada yang begitu (iseng menggoda) kita tidak pernah hiraukan," kata Kia, panggilan akrab Trizkia.
Selain itu, dirinya juga menjadikan kesempatan bekerja di Gedung Sate sebagai batu loncatan dalam karir.
Menurutnya, untuk bertugas sebagai petugas FO ia dan teman-temannya tidak hanya mengandalkan paras cantik dan badan yang proporsional namun juga kemampuan intelektual.
"Kami ini kan diseleksi dari 23 orang menjadi hanya enam orang yang diterima. Kami berasal dari latar belakang pendidikan berbeda, namun semuanya sarjana," katanya.
"Alasan kami menempatkan FO dari mojang geulis (gadis cantik) ini adalah sebagai salah satu upaya untuk mengubah kesan angker Gedung Sate," kata Kepala Biro Humas, Protokol dan Umum Pemprov Jabar, Ruddy Gandakusumah di Bandung, Senin.
Ia menuturkan, kesan "angker" yang dimaksud selama ini adalah Gedung Sate yang menjadi tempat kerja Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat adalah tempat yang eksklusif.
"Orang untuk masuk Gedung Sate itu ada kesan segan, takut, katanya, eksklusif. Dan dengan adanya petugas FO ini ialah kita ingin mengubah kesan tersebut," kata Ruddy.
Sementara itu, Kasubag Tata Utasa Biro HPU Pemprov Jawa Barat, Aziz Zulficar menambahkan, keenam orang FO tersebut telah bertugas di Gedung Sate sejak 1 April 2015.
"Jadi tugas mereka itu sebenarnya bukan hanya menjadi petugas FO semata, tapi di sini mereka kami siapkan untuk jadi pemandu tamu juga yang datang ke Gedung Sate," ujar Aziz.
Menurut dia, keenam petugas FO tersebut sebelumnya diseleksi terlebih dahulu dan sempat diberikan pelatihan atau diklat FO dari Badan Sertifikasi Nasional di Kabupaten Subang selama beberapa hari.
"Dan mereka itu, dasar nya macam-macam, ada yang dari penyiar TVRI, finalis mojang-jajaka bahkan ada juga yang sebelumnya menjadi bidan. Rata-rata mereka semua sudah menempuh pendidikan S-1," ujar dia.
Untuk sementara waktu, lanjut Aziz, keenam mojang tersebut dikontrak selama satu tahun untuk bekerja sebagai front office Gedung Sate Bandung.
Salah seorang petugas front office Gedung Sate, Trizkia Nurfirdaus (21) menyatakan bangga bisa menjadi petugas FO di gedung yang dibangun saat masa kolonial tersebut.
"Tentunya bangga sekali karena untuk bisa jadi FO ini harus mengikuti seleksi yang cukup ketat karena ini proses rekrutmennya tertutup," katanya.
Ia mengaku banyak tantangan yang dihadapi oleh ia dan lima temannya yang lain saat bertugas sebagai front office Gedung Sate tersebut.
Kecantikan paras dan tubuh yang proporsional terkadang membuat mereka suka digoda oleh tamu yang datang ke Gedung Sate Bandung.
"Suka dukanya banyak, kadang ada juga yang suka iseng menggoda. Tapi kita mencoba profesional ya, kalau ada yang begitu (iseng menggoda) kita tidak pernah hiraukan," kata Kia, panggilan akrab Trizkia.
Selain itu, dirinya juga menjadikan kesempatan bekerja di Gedung Sate sebagai batu loncatan dalam karir.
Menurutnya, untuk bertugas sebagai petugas FO ia dan teman-temannya tidak hanya mengandalkan paras cantik dan badan yang proporsional namun juga kemampuan intelektual.
"Kami ini kan diseleksi dari 23 orang menjadi hanya enam orang yang diterima. Kami berasal dari latar belakang pendidikan berbeda, namun semuanya sarjana," katanya.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: