Pencarian WNI di Nepal perlu strategi baru
4 Mei 2015 11:22 WIB
Duta Besar RI untuk Bangladesh dan Nepal Iwan Wiranata-atmadja (tengah) didampingi Direktur Tanggap Darurat BNPB Junjunan Tambunan (kanan) dan Wakil Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Krishna Djaelani (kiri) saat menyampaikan keterangan mengenai perkembangan evakuasi WNI kepada kepada wartawan di Posko Pencarian dan Evakuasi WNI di Kathmandu Guest House, Thamel, Kathmandu, Nepal, Senin (4/5). (ANTARA/Azi Fitriyanti)
Kathmandu (ANTARA News) - Upaya pencarian dan penyelamatan warganegara Indonesia di Nepal memerlukan strategi baru dengan menoleh dan mempertimbangkan kondisi lapangan, kata Duta Besar untuk Bangladesh dan Nepal Iwan Wiranata-atmadja.
Dubes menegaskan misi penyelamatan dan evakuasi WNI di Nepal akan diteruskan, namun diperlukan perubahan strategi dan alat kelengkapan baru berdasarkan kondisi dan fakta-fakta yang ditemukan sejak misi mulai dijalankan pada 29 April 2015.
Mulai hari pertama, Dubes mengatakan tim telah menjalankan misi melebihi dari tugas pertama yang dibawa dari Jakarta, yakni mengevakuasi para WNI yang berada di Nepal.
Tim gabungan yang terdiri dari Kementerian Luar Negeri, TNI AU dan Taruna Hiking Club (THC) juga telah melakukan pelacakan dan pencarian ke tempat-tempat di mana para WNI yang diketahui melakukan kontak di Nepal.
"Tim terbang menyusuri jalur pendakian di Himalaya, menyisir ke rumah sakit-rumah sakit, dan menyisir melalui jalur darat," kata Dubes.
Hasil-hasil penyisiran tersebut menghasilkan fakta-fakta baru, terutama mengenai kondisi area Everest Guest House, Langtang di ketinggian sekitar 3.000 mdpl, yakni hotel tempat tiga WNI atas nama Alma Parahita, Kadek Andana dan Jeroen Hehuwat melakukan kontak dengan seorang warga SWedia bernama Astrid Bachs pada 24 April.
Dari hasil semua penyisiran itu, area Langtang dan Kyanjin Gompa (ketinggian lebih dari 3.000 mdpl) masih tertutup longsoran material dan otoritas setempat masih menyatakan wilayah tersebut masih labil.
"Semua upaya telah diupayakan, dan bahkan lebih. Saya ingin tegaskan bahwa kita tidak akan pernah meninggalkan semua warga negara kita," kata dubes.
Selain tiga WNI yang diketahui melakukan kontak terakhir di Langtang tersebut, dua nama WNI yang belum dapat dihubungi hingga saat ini adalah Dewi Pancaringtyas Asih dan Meliana Tamo Ina.
Dubes Iwan tengah telah menyampaikan hasil penilaian misi tersebut kepada pemerintah pusat, dan saat ini tengah dilakukan pembicaraan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Tim evakuasi WNI akan kembali pada 5 Mei dengan membawa WNI yang telah mendaftar untuk kembali ke Indonesia, namun data terakhir masih dalam konfirmasi.
Sementara itu, WNI di Nepal yang dalam keadaan baik dan telah melapor ke posko berjumlah 13 orang (data terakhir di Posko Pencarian dan Evakuasi WNI Kathmandu Guest House, Jumat) atas nama Cecilia Enny Yashita Aprijanti, dr. Meinard Mastoer, dr. Achmad Novel, dr. Prabudi, dr. Eko Prasetyo, Virgo Dirgantara, Handri Ramdhani, Nicko Ronny Gardano, Ayomi Amindoni, Tessy Ananditya, Sapta Hudaya, Oliver Hancock, dan Familia Novita.
Dubes menegaskan misi penyelamatan dan evakuasi WNI di Nepal akan diteruskan, namun diperlukan perubahan strategi dan alat kelengkapan baru berdasarkan kondisi dan fakta-fakta yang ditemukan sejak misi mulai dijalankan pada 29 April 2015.
Mulai hari pertama, Dubes mengatakan tim telah menjalankan misi melebihi dari tugas pertama yang dibawa dari Jakarta, yakni mengevakuasi para WNI yang berada di Nepal.
Tim gabungan yang terdiri dari Kementerian Luar Negeri, TNI AU dan Taruna Hiking Club (THC) juga telah melakukan pelacakan dan pencarian ke tempat-tempat di mana para WNI yang diketahui melakukan kontak di Nepal.
"Tim terbang menyusuri jalur pendakian di Himalaya, menyisir ke rumah sakit-rumah sakit, dan menyisir melalui jalur darat," kata Dubes.
Hasil-hasil penyisiran tersebut menghasilkan fakta-fakta baru, terutama mengenai kondisi area Everest Guest House, Langtang di ketinggian sekitar 3.000 mdpl, yakni hotel tempat tiga WNI atas nama Alma Parahita, Kadek Andana dan Jeroen Hehuwat melakukan kontak dengan seorang warga SWedia bernama Astrid Bachs pada 24 April.
Dari hasil semua penyisiran itu, area Langtang dan Kyanjin Gompa (ketinggian lebih dari 3.000 mdpl) masih tertutup longsoran material dan otoritas setempat masih menyatakan wilayah tersebut masih labil.
"Semua upaya telah diupayakan, dan bahkan lebih. Saya ingin tegaskan bahwa kita tidak akan pernah meninggalkan semua warga negara kita," kata dubes.
Selain tiga WNI yang diketahui melakukan kontak terakhir di Langtang tersebut, dua nama WNI yang belum dapat dihubungi hingga saat ini adalah Dewi Pancaringtyas Asih dan Meliana Tamo Ina.
Dubes Iwan tengah telah menyampaikan hasil penilaian misi tersebut kepada pemerintah pusat, dan saat ini tengah dilakukan pembicaraan untuk menentukan langkah selanjutnya.
Tim evakuasi WNI akan kembali pada 5 Mei dengan membawa WNI yang telah mendaftar untuk kembali ke Indonesia, namun data terakhir masih dalam konfirmasi.
Sementara itu, WNI di Nepal yang dalam keadaan baik dan telah melapor ke posko berjumlah 13 orang (data terakhir di Posko Pencarian dan Evakuasi WNI Kathmandu Guest House, Jumat) atas nama Cecilia Enny Yashita Aprijanti, dr. Meinard Mastoer, dr. Achmad Novel, dr. Prabudi, dr. Eko Prasetyo, Virgo Dirgantara, Handri Ramdhani, Nicko Ronny Gardano, Ayomi Amindoni, Tessy Ananditya, Sapta Hudaya, Oliver Hancock, dan Familia Novita.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: