Tim dokter Indonesia lakukan operasi pertama di Nepal
4 Mei 2015 08:42 WIB
Korban gempa Nepal duduk di dalam helikopter Angkatan Udara saat mereka dievakuasi dari Trishuli Bazar menuju bandara di Kathmandu, Nepal, Senin (27/4). (REUTERS/Jitendra Prakash)
Kathmandu (ANTARA News) - Tim Indonesia Peduli Nepal (IPN) akan melakukan operasi fraktur (patah tulang) pada Senin pagi, tindakan operasi pertama mereka sejak bertugas di Rumah Sakit Kantipur, Nepal, pada Minggu (3/5).
Dengan bantuan dari perawat Indonesia dan lokal, dr. Kuntadi (spesialis tulang), dr. Meiky Fredianto (spesialis tulang), dr. Bona Achmad (spesialis anestesi), dan dr. Fitra Indragiri (spesialis anestesi) akan mengoperasi pasien asal Shindu Palcok, area perbatasan Nepal dan Tiongkok, yang pergelangan kakinya patah.
"Rumah sakit ini bukan rumah kita jadi kita harus mengikuti prosedur yang sudah ada," kata dr. Bona.
Perawat lokal yang lancar berbahasa Inggris akan membantu tim dokter Indonesia melakukan operasi bedah tulang.
Dokter Bona mengakui bahasa menjadi kendala utama anggota tim dalam misi kemanusiaan di Nepal, antara lain karena status pasien maupun prosedur layanan kesehatan ditulis menggunakan aksara Bengali.
Tim dokter Indonesia yang terdiri atas 10 dokter, satu apoteker dan lima perawat telah bekerja di Rumah Sakit Kantipur sejak Minggu, dan telah merawat sembilan pasien, termasuk anak usia 4,5 tahun, kebanyakan karena patah tulang.
Pemerintah Indonesia menunjuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai koordinator bantuan kemanusiaan lintas kementerian dan organisasi sosial-kemasyarakatan untuk membantu rakyat Nepal setelah gempa 7,9 Skala Richter mengguncang negara itu pada 25 April dan menyebabkan lebih dari 7.000 orang tewas.
Dengan bantuan dari perawat Indonesia dan lokal, dr. Kuntadi (spesialis tulang), dr. Meiky Fredianto (spesialis tulang), dr. Bona Achmad (spesialis anestesi), dan dr. Fitra Indragiri (spesialis anestesi) akan mengoperasi pasien asal Shindu Palcok, area perbatasan Nepal dan Tiongkok, yang pergelangan kakinya patah.
"Rumah sakit ini bukan rumah kita jadi kita harus mengikuti prosedur yang sudah ada," kata dr. Bona.
Perawat lokal yang lancar berbahasa Inggris akan membantu tim dokter Indonesia melakukan operasi bedah tulang.
Dokter Bona mengakui bahasa menjadi kendala utama anggota tim dalam misi kemanusiaan di Nepal, antara lain karena status pasien maupun prosedur layanan kesehatan ditulis menggunakan aksara Bengali.
Tim dokter Indonesia yang terdiri atas 10 dokter, satu apoteker dan lima perawat telah bekerja di Rumah Sakit Kantipur sejak Minggu, dan telah merawat sembilan pasien, termasuk anak usia 4,5 tahun, kebanyakan karena patah tulang.
Pemerintah Indonesia menunjuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai koordinator bantuan kemanusiaan lintas kementerian dan organisasi sosial-kemasyarakatan untuk membantu rakyat Nepal setelah gempa 7,9 Skala Richter mengguncang negara itu pada 25 April dan menyebabkan lebih dari 7.000 orang tewas.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: