Makassar (ANTARA News) - Manajemen PSM Makassar Sulawesi Selatan belum memiliki rencana untuk membubarkan tim setelah ada keputusan PSSI menghentikan kompetisi Indonesia Super League (ISL) atau QNB League musim 2015-2016.

Direktur Klub PSM Makassar, Sumirlan di Makassar, Minggu, mengatakan pihaknya masih akan membahas persoalan ini dengan seluruh direksi PT PSM dan kalangan pelatih sebelum mengambil keputusan terkait kondisi yang terjadi.

Lagi pula, kata dia, pihaknya mendapat undangan pertemuan untuk semua klub peserta LSI oleh PT Liga Indonesia di Jakarta pada hari Rabu (6/5), yang intinya PT LI membahas soal penghentian liga bersama perwakilan 18 klub LSI.

"Setelah kami bicara dengan tim pelatih serta direksi, kemudian kita rapat bersama seluruh klub ISL hari Rabu nanti, baru saya akan memberikan keterangan, apakah tim ini lanjut atau tidak,"jelasnya.

Sesuai hasil rapat Excecutive Committee (Exco) PSSI di Jakarta telah menetapkan Liga Super Indonesia (LSI) 2015 ditiadakan karena alasan Force Majeure atau ditiadakan karena suatu kejadian luar biasa.

Sesuai regulasi, jika keadaan itu terjadi maka kontrak kerja pemain dengan manajemen di setiap klub otomatis putus. Namun tim PSM Makassar masih belum mau mengambil sikap untuk membubarkan tim, setelah kompetisi resmi dihentikan.

Mantan pemain PSM ini menjelaskan, penghentian kompetisi memang sangat menyesakkan klub dan pemain. Para pemain juga shock karena jalan rezeki mereka di sepak bola terputus akibat penghentian liga.

"Tapi bukan berarti kita langsung membubarkan tim, tidak. Itu tidak ada, karena saya akan bicarakan terlebih dahulu dengan tim pelatih dan direksi yang lain, " ujarnya.

Sebelumnya, tim Juku Eja menegaskan menolak tim transisi bentukan Menpora untuk mengelola kompetisi Indonesia Super League (ISL) atau QNB League tidak memiliki afiliasi dengan federasi sepak bola dunia (FIFA).

Sumirlan mengaku percuma menggelar kompetisi jika pada akhirnya tidak mendapat pengakuan dari FIFA atau AFC. Sebab kompetisi seperti itu tidak akan bisa berlaga di level internasional atau hanya bersifat lokal.

"Kami baru saja mendengar kabar kompetisi diputar pada 9 Mei 2015 tapi bukan di bawah kendali PSSI namun tim transisi. Apakah Menpora menjamin jika liga dikelola tim transisi tidak mendapat sanksi dari FIFA. Percuma menggelar kompetisi jika tidak punya tujuan seperti tampil di ajang AFC," katanya.

Dia berharap dengan sangat agar Menpora bisa memperhatikan lebih seksama sebab ribuan orang menggantungkan hidupnya dari sepak bola.

"Jika tidak ada kejelasan maka ke mana para pemain mendapatkan penghidupan," kata Sumirlan.