Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi menyatakan, personel Tim Transisi yang bertugas mengambilalih hak dan kewenangan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) akan penuh dengan kejuatan.

"Sabar saja, susunan tim sedang kami matangkan, sambil saya shalat istikharah dulu. Tunggu saja kejutannya pekan depan," demikian Imam Nahrawi, seperti yang dilansir tim media Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Jakarta, Minggu.

Untuk menentukan personel Tim Transisi, ia mengemukakan, harus berhati-hari agar yang terpilih benar-benar memiliki integritas dan moralitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi, banyak nama yang masuk sebagai kandidat.

Pria yang akrab dipanggil Cak Imam itu menyatakan, demi mendapatkan personel terbaik, maka pihaknya terus melakukan diskusi dan berkomunikasi dengan banyak pihak dengan harapan tidak salah pilih.

"Nama-nama yang nantinya masuk ke Tim Transisi sudah cukup populer dan familiar di mata publik. Sebagian nama tim transisi juga sudah beredar di masyarakat, meski ada yang hanya sebatas isu dan ada yang baru sebatas usulan," catatnya.

Ia menjelaskan, Tim Transisi yang akan mengendalikan PSSI pasca-dibekukan 17 April 2015 akan diperkuat antara 15 hingga 17 orang yang latar belakangnya tidak hanya dari kalangan sepak bola nasional.

Tim Transisi, menurut Menpora, akan bertugas melakukan pembenahan sepak bola nasional sampai terbentuknya PSSI baru yang bersih dan kompeten sesuai mekanisme organisasi dan statuta Asosiasi Federasi Sepakbola Internasional (FIFA).

"Ini merupakan momentum dan babak penting bagi kita untuk membenahi sepakbola. Mudah-mudahan FIFA memahami niat dan tekat kami memperbaiki prestasi sepakbola Merah Putih. Klub-klub sepakbola di Tanah Air juga mau bekerja dan bergerak bersama menuju perbaikan," kata Imam.

Imam menegaskan, sudah saatnya sepakbola nasional ditangani oleh orang-orang yang bersih dan kredibel serta dikelola secara profesional untuk meraih prestasi dunia bisa tercapai.

"Saya tahu pembinaan olahraga tidak bisa instan, memperbaiki prestasi tidak seperti membalikan telapak tangan. Butuh waktu, kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain," demikian Imam Nahrawi.