Jakarta (ANTARA News) - Anggapan bahwa untuk mengembangkan perusahaan perintis teknologi atau dikenal dengan istilah start up diperlukan investor tidak sepenuhnya benar, menurut Jaka Wiradisuria, ex-CEO Valadoo.

"Mindset salah itu adalah berkembang butuh investor, tidak bisa hidup tanpa investor itu salah. Kita harus dari awal mematangkan produk dulu," kata Jaka dalam diskusi Start Up Move On Fail Fast, Fail Forward di Jakarta, Sabtu.

Menurut Jaka, founder harus mematangkan start up-nya terlebih dahulu dengan cara menguji produk ke konsumen misalnya. Selain itu, pemilik start up juga mengetahui rencana, maupun target dari perusahaan perintis teknologi miliknya.

Jika tidak, Jaka mengatakan, perusahaan tersebut akan tergantung dengan keinginan investor. Investor bisa jadi "nahkoda" karena pemilik start up tidak mengetahui tujuan dari perusahaannya.

Hal senada juga disampaikan Sanny Gaddafi (Saga) Co-founder 8 Villages yang mengatakan bahwa kebanyakan founder justru kebingungan ketika mendapatkan investasi.

"Kebanyakan orang tidak tahu buat apa uang investasi, pada akhirnya mereka hanya menghabiskan uang tersebut dan berpikir investor selanjutnya siapa ya," ujar dia.

Saga berpendapat hal tersebut akan mematikan start up itu sendiri karena founder pada akhirnya tidak fokus dengan pengembangan atau inovasi-inovasi di dalam perusahaan perintis teknologi miliknya.

"Kalo kita mau berkembang mau mengerjakan bisnis, kita anggap itu sebagai utang, jangan anggap itu sebagai hak," kata dia

Dengan menganggap sebagai utang, menurut Saga, founder akan terpacu mengembangkan start up-nya, sehingga secara otomatis akan berdampak pada pendapatan perusahaan.

"Bikin start up bukan untuk diinvestasi," tambah dia.