Pekanbaru (ANTARA News) - Kepolisian Resort Rokan Hulu, Riau, belum menetapkan tersangka terkait meninggalnya seorang siswa kelas 1 sekolah dasar Islam Zaidar Yahya, Hasrandra, yang diduga menjadi korban pemukulan teman sekolahnya.

"Hingga saat ini kami belum menetapkan tersangka karena dari saksi yang diperiksa tidak banyak mengetahui adanya dugaan pengeroyokan tersebut," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Rohul AKP Rachmat M Salihi di Pekanbaru, Kamis.

Namun, ia mengatakan penyidik akan terus mendalami kasus ini termasuk memeriksa saksi lainnya, seperti memintai keterangan kepada tentangga korban serta kerabat korban.

Lebih lanjut, ia mengatakan terdapat sejumlah kejanggalan pada kasus meninggalnya bocah kelas 1 SD ini.

Menurut dia, kejanggalan pertama adalah laporan polisi yang dibuat oleh keluarga korban satu bulan setelah kejadian.

Kemudian, lanjutnya, sebelum meninggal keluarga korban sempat diminta oleh pihak rumah sakit untuk melakukan MRI, akan tetapi keluarga tidak bersedia melakukannya.

Sementara itu, ia mengatakan bahwa dari hasil pemeriksaan sementara oleh dokter di salah satu rumah sakit di Pekanbaru yang memeriksa korban beberapa waktu lalu, Hasrandra meninggal diduga karena adanya tumor.

"Akan tetapi, kami akan tetap berupaya untuk terus dalami kasus ini," ujarnya.

Hasranda merupakan anak dari pasangan suami istri Hasrul (31) dan Sulindra (31), warga Dusun Pasir Putih Timur, Desa Pematang Berangan, Kecamatan Rambah, Rokan Hulu.

Menurut Hasrul, ayah kandung korban, Hasranda meninggal karena dikeroyok oleh lima teman sekolahnya, dimana tiga orang adalah teman sekelasnya, dan dua lagi merupakan kakak kelasnya.

Ia menceritakan dugaan pengeroyokan itu terjadi pada Februari 2015.

"Ketika itu anak saya pulang dalam keadaan oyong (sempoyongan), dan ketika saya tanyakan, dia mengaku dipukul oleh teman-teman di sekolahnya," kata Hasrul.

Hasrul sempat melaporkan kejadian itu kepada kepala sekolah, dan pihak sekolah kemudian memanggil kelima orang tua dari bocah yang diduga memukuli korban.

"Ketika itu, para orangtua siswa itu berjanji menanggung biaya pengobatan Hasranda secara bersama-sama," ujarnya.

Sementara itu, akibat dugaan pengeroyokan tersebut, kondisi Hasrandah semakin memburuk, dimana korban mengalami kelumpuhan, sehingga tidak dapat beraktivitas.

"Sebelum kejadian itu, dia adalah anak yang riang, tapi setelah kejadian itu, berbicara saja dia tak mampu" lanjut Hasrul.

Sebelum meninggal, Hasranda sempat dirawat di Rumah Sakit Eka Hospital, tetapi menurut Hasrul, hanya pihak yayasan yang membantu pengobatan, sementara itu para orang tua bocah yang diduga melakukan "bully" tersebut mengabaikan.

"Kami sudah ada itikad baik untuk menyelesaikan secara kekeluargaan, tetapi ternyata niat baik kami tidak direspon sehingga kami menempuh jalur hukum," ujarnya.

Hasranda akhirnya menghembuskan nafas terakhir, Selasa (28/4) malam sekitar pukul 22.00 WIB.

Hasrul berharap kepada pihak kepolisian agar segera mengusut kasus ini hingga tuntas.