Pakar : awas jangan selfie sembarangan
30 April 2015 19:09 WIB
ilustrasi Tiga remaja ber-selfie di depan patung berbentuk penari Betawi di Taman Putra-Putri, Pluit, Jakarta, Sabtu (22/11). (ANTARA FOTO/HO/Taruna)
Jakarta (ANTARA News) - Profesor Ilmu Komputer, yang juga mantan Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), Richardus Eko Indrajit mengingatkan agar masyarakat tidak sembarangan mengunggah hasil swa-foto atau selfie.
Alasannya karena selfie ternyata bisa disalahgunakan karena berpotensi mengancam keamanan identitas sang pemilik foto.
"Selfie memiliki kerentanan. Vulnerability-nya adalah saat Anda memotret wajah dari dekat maka secara tidak langsung Anda memotret retina mata Anda. Dari gambar selfie, retina mata Anda terlihat jelas. Apalagi jika menggunakan kamera resolusi tinggi. Jika dipindai, semua selesai," kata Eko dalam seminar Virtus Security Day 2015 yang berlangsung di Jakarta Selatan, Kamis.
Seperti diketahui, saat ini banyak sistem keamanan yang menggunakan pemindai biometrik atau alat pindai yang memanfaatkan metode komputerisasi yang menggunakan aspek-aspek biologi terutama karakteristik unik yang dimiliki oleh manusia seperti retina mata.
Selain itu, selfie juga bisa digunakan untuk memanipulasi aplikasi yang mensyaratkan pengenalan wajah.
"Sekarang berapa jenis aplikasi yang dilihat mukanya, face recognition? Kalau mukanya diganti foto sama seperti finger print? Bekas gelas bisa diambil, kelihatan sidik jarinya, bisa saya pakai masuk ke komputer. Kalau selfie kan mata kita bikin high definition lama-lama bisa detail tuh, nah selesai sudah," katanya.
Eko yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Ilmu Komputer itu juga mengingatkan dengan memposting selfie di media sosial juga bisa berakibat pada tindak kriminal lain mengingat lokasi pengambilan foto bisa langsung diketahui.
"Kalau dulu jadwal pejabat rahasia, sekarang kalau presidennya ke sini selfie, presidennya ke sana selfie, kan jadi tahu ada di mana dan berhubungan dengan siapa dan sebagainya," katanya.
Alasannya karena selfie ternyata bisa disalahgunakan karena berpotensi mengancam keamanan identitas sang pemilik foto.
"Selfie memiliki kerentanan. Vulnerability-nya adalah saat Anda memotret wajah dari dekat maka secara tidak langsung Anda memotret retina mata Anda. Dari gambar selfie, retina mata Anda terlihat jelas. Apalagi jika menggunakan kamera resolusi tinggi. Jika dipindai, semua selesai," kata Eko dalam seminar Virtus Security Day 2015 yang berlangsung di Jakarta Selatan, Kamis.
Seperti diketahui, saat ini banyak sistem keamanan yang menggunakan pemindai biometrik atau alat pindai yang memanfaatkan metode komputerisasi yang menggunakan aspek-aspek biologi terutama karakteristik unik yang dimiliki oleh manusia seperti retina mata.
Selain itu, selfie juga bisa digunakan untuk memanipulasi aplikasi yang mensyaratkan pengenalan wajah.
"Sekarang berapa jenis aplikasi yang dilihat mukanya, face recognition? Kalau mukanya diganti foto sama seperti finger print? Bekas gelas bisa diambil, kelihatan sidik jarinya, bisa saya pakai masuk ke komputer. Kalau selfie kan mata kita bikin high definition lama-lama bisa detail tuh, nah selesai sudah," katanya.
Eko yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Ilmu Komputer itu juga mengingatkan dengan memposting selfie di media sosial juga bisa berakibat pada tindak kriminal lain mengingat lokasi pengambilan foto bisa langsung diketahui.
"Kalau dulu jadwal pejabat rahasia, sekarang kalau presidennya ke sini selfie, presidennya ke sana selfie, kan jadi tahu ada di mana dan berhubungan dengan siapa dan sebagainya," katanya.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: