Kathmandu, (ANTARA News) - Ribuan orang menyelamatkan diri dari Ibu Kota Nepal, Kathmandu, di tengah kabar penduduk kekurangan pangan dan air.

Sementara itu, operasi bantuan internasional masih tidak jelas, kata beberapa sumber diplomatik di Kathmandu pada Rabu (29/4).

Jumlah korban jiwa akibat gempa kuat pada Sabtu (25/4) kini mencapai 5.057 dan sebanyak 10.915 orang lagi cedera, kata Kementerian Dalam Negeri Nepal. Ribuan orang masih belum ditemukan.

Di Ibu Kota Nepal dan daerah sekitarnya, banyak rumah ambruk dan reruntuhannya masih belum dibersihkan. Banyak mayat diduga terjebak di bawahnya.

Di Kota Pariwisata Bhaktaur, daerah permukiman, benar-benar hancur akibat gempa dan semua warga tinggal di luar rumah atau di tenda, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta. Beberapa keluarga malah tinggal di truk atau di dalam kendaraan.

Polisi dan tentara Nepal berpatroli di jalan di daerah yang porak-poranda tapi situasi secara umum tenang.

Perdana Menteri Nepal Sushil Koirala memperingatkan jumlah korban jiwa bisa bertambah hingga mencapai 10.000. Di saat sedang berjuang menghadapi kekurangan air dan makanan, negara di Himalaya itu mengumumkan tiga hari berkabung mulai Rabu.

Sementara ribuan orang yang cedera berada dalam kondisi kritis dan ratusan orang belum ditemukan, jumlah korban jiwa akibat gempa mematikan pada 25 April dapat membengkak jadi 10.000, kata Koirala kepada utusan Tiongkok, India dan Amerika Serikat di Kathmandu.

Sementara itu, sebanyak 9.000 orang telah cedera akibat gempa tersebut, kata beberapa pejabat polisi Nepal.

Delapan personel Angkatan Darat Nepal telah tewas, 11 orang dilaporkan hilang, sementara 28 orang cedera dalam peristiwa selama operasi pertolongan yang dilancarkan setelah gempa bumi kuat pada Sabtu, kata juru bicara Angkatan Darat Brigadir Jagadish Chandra Pokhrel pada Selasa (28/4).

Namun sekalipun bantuan internasional mengalir, dan banyak relawan mencapai bagian paling terpencil di negara yang tak memiliki laut tersebut, terlihat jelas bahwa gempa itu mungkin lebih buruk dibandingkan dengan akibat gempa yang merenggut lebih dari 8.000 jiwa pada 1934 di Nepal.

Semua warisan budaya di negeri tersebut hancur, sehingga menghancurkan kehidupan puluhan ribu orang yang bergantung atas pariwisata.

(Uu.C003)