Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Senin (25/12) pagi menyerahkan bantuan sosial sekitar 20 ton kepada korban banjir dan tanah longsor di Sumatera, terutama Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut). Bantuan sosial yang terdiri atas bahan makanan, pakaian, selimut, tenda regu, perahu karet, tikar, perlengkapan dapur umum, dan perlengkapan anak serta bayi, diberangkatkan dengan menggunakan pesawat angkut C-130 Hercules TNI AU dari Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin. Pemberangkatan bantuan sosial itu dipimpin oleh Deputi Penanggulangan Bencana Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi, Tabrani dan Irjen Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial (Depsos), Gozali Situmorang. Untuk membantu penanganan bencana banjir dan longsor di NAD dan Sumut, Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyiagakan dua helikopter Puma dari Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaya, tiga helikopter dari Skuadron 31 Halim Perdanakusumah dan Skuadron 32 dari Lanud Abdurahman Saleh, Malang. Enam kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam akhir pekan ini dilanda banjir yang disertai longsor. Kepala Dinas Sosial Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Ridwan Sulaiman, mengatakan daerah yang dilanda banjir itu mencakup 43 kecamatan, masing-masing 12 kecamatan di Aceh Tamiang, lima kecamatan di Aceh Timur, 16 kecamatan di Aceh Utara, tiga kecamatan di Bireuen, lima kecamatan di Gayo Lues, dan dua kecamatan di Bener Meriah. Kepala Bagian Humas Provinsi NAD, Nurdin F Jos, mengemukakan korban tewas akibat banjir ditemukan di Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, sebanyak lima orang dan di Kecamatan Pinding, Gayo Lues, satu orang. Di Bener Meriah, banjir diikuti longsor. Ratusan rumah dan beberapa jembatan hancur. Seorang warga Kecamatan Permata dipastikan tewas, sedangkan dari Kecamatan Syiah Utama dilaporkan dua orang tewas dan dua lainnya masih hilang. Sementara itu, di Aceh Utara bagian hulu air sudah mulai surut dan hanya menggenangi daerah Tanah Luas, Lhok Sukon, yang berada di hilir. Banjir juga terlihat menghancurkan ratusan hektar areal persawahan. Banjir yang melanda sebagian besar wilayah NAD juga menyebabkan hubungan darat dari Banda Aceh ke Medan, Sumatera Utara, lumpuh dan jalan lintas timur terputus di kawasan Aceh Tamiang dan Langkat. (*)