Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak menguat menjadi Rp12.954 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.995 per dolar AS.




"Pelemahan dolar Amerika Serikat terhadap mata uang lain, di antaranya rupiah, ini seiring sebagian pelaku pasar menilai kemungkinan Federal Reserve bertindak tidak agresif (dovish) untuk menaikkan suku bunganya," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Rabu.




Menurut dia, sikap dovish Federal Reserve itu seiring dengan belum membaiknya data-data ekonomi Amerika Serikat pada kuartal I tahun ini.




"The Fed diperkirakan masih mempertimbangkan kebijakan moneternya untuk mencapai jalur aman menaikan suku bunga, cuaca musim dingin masih menjadi salah satu faktor ekonomi AS melambat," katanya.




Selain itu, lanjut dia, harapan baru dari negosiasi dana talangan Yunani juga turut menekan indeks dolar AS di pasar global. PM Yunani menyampaikan komitmennya, tidak akan mengharapkan gagal bayar utang.




Dari dalam negeri, lanjut dia, masih adanya harapan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan tumbuh menjadi salah satu penopang mata uang rupiah ke depannya.




Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menambahkan, mata uang rupiah masih memiliki kinerja lebih baik dibandingkan mata uang di kawasan Asia.




"Bank Indonesia cukup aktif menjaga fluktuasi rupiah agar rentang kisarannya tidak terlalu tinggi sehingga meredam kekhawatiran pelaku usaha ekspor-impor di dalam negeri," katanya.




Dengan fluktuasi nilai tukar yang stabil, menurut dia, akan membuat pelaku usaha tidak kesulitan dalam merencanakan bisnis ke depannya.