Rupiah Selasa pagi menguat tipis menjadi Rp12.970
28 April 2015 10:43 WIB
ilustrasi - Petugas mengamati pecahan dolar AS yang akan ditukar di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta (arsip/ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi menguat tipis sebesar tiga poin menjadi Rp12.970 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.973 / dolar AS.
"Pergerakan rupiah diuntungkan oleh pelemahan dolar AS di pasar global, namun penguatan rupiah masih cenderung terbatas karena minimnya sentimen positif dari dalam negeri," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Selasa.
Menurut Rangga, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi yang tercermin dari melambatnya beberapa laporan keuangan perusahaan pada kuartal I 2015 akan menahan penguatan rupiah lebih tinggi, hal itu terjadi karena investor asing diperkirakan melepas sebagian aset investasinya di dalam negeri.
Di pasar global, ia mengemukakan bahwa dolar AS cenderung mengalami penurunan menyusul belum adanya data ekonomi AS yang diumumkan membaik, tadi malam indeks yang menunjukkan performa industri jasa di Amerika Serikat turun cukup drastis menjadi 57,8 pada April dari angka akhir 59,2 pada Maret.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan minimnya data ekonomi AS yang sesuai ekspektasi menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dimulai Selasa (28/4) waktu setempat, pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS (the Fed) belum akan menaikan suku bunganya (Fed fund rate) dalam waktu dekat.
"Tampaknya pelaku pasar berasumsi pada pertemuan The Fed pada pekan ini belum akan mengumumkan kenaikan Fed fund rate," kata Reza.
Ia mengatakan bahwa meski terjadi apresiasi pada rupiah, namun belum cukup mengkonfirmasi penguatan lanjutan terhadap dolar AS. Pelaku pasar diharapkan tetap mencermati dan antisipasi terhadap sentimen-sentimen yang berpeluang membalikkan laju positif rupiah.
"Pergerakan rupiah diuntungkan oleh pelemahan dolar AS di pasar global, namun penguatan rupiah masih cenderung terbatas karena minimnya sentimen positif dari dalam negeri," kata ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, di Jakarta, Selasa.
Menurut Rangga, kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi yang tercermin dari melambatnya beberapa laporan keuangan perusahaan pada kuartal I 2015 akan menahan penguatan rupiah lebih tinggi, hal itu terjadi karena investor asing diperkirakan melepas sebagian aset investasinya di dalam negeri.
Di pasar global, ia mengemukakan bahwa dolar AS cenderung mengalami penurunan menyusul belum adanya data ekonomi AS yang diumumkan membaik, tadi malam indeks yang menunjukkan performa industri jasa di Amerika Serikat turun cukup drastis menjadi 57,8 pada April dari angka akhir 59,2 pada Maret.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan minimnya data ekonomi AS yang sesuai ekspektasi menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dimulai Selasa (28/4) waktu setempat, pelaku pasar memperkirakan bank sentral AS (the Fed) belum akan menaikan suku bunganya (Fed fund rate) dalam waktu dekat.
"Tampaknya pelaku pasar berasumsi pada pertemuan The Fed pada pekan ini belum akan mengumumkan kenaikan Fed fund rate," kata Reza.
Ia mengatakan bahwa meski terjadi apresiasi pada rupiah, namun belum cukup mengkonfirmasi penguatan lanjutan terhadap dolar AS. Pelaku pasar diharapkan tetap mencermati dan antisipasi terhadap sentimen-sentimen yang berpeluang membalikkan laju positif rupiah.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: