Peluang makanan Indonesia masuk Kanada sangat besar
27 April 2015 23:48 WIB
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S Lukman berbincang dan menyerahkan buku tentang makanan Indonesia kepada Direktur Eksekutif Trade Facilitation Office Kanada di sela Seminar Makanan Olahan di Toronto, Kanada, jelang SIAL Kanada. (ANTARA/Erafzon SAS)
Toronto (ANTARA News) - Peluang makanan olahan Indonesia untuk masuk pasar Kanada masih sangat besar karena sebagai negara tropis yang memiliki jenis buah yang tidak dimiliki negara lain.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Adhi S Lukman, mengatakan di sela seminar makanan olahan oleh Trade Facilitation Office (TFO), Kanada, di Toronto, Senin, mengatakan, Indonesia memiliki buah eksotik yang tidak dimiliki negara lain.
Indonesia memiliki buah eksotik, seperti manggis, mangga, nangka, sirsak, gula aren, lidah buaya dan sebagainya, dan pesaingnya relatif sedikit, yakni Thailand, Vietnam dan Filipina.
Dari sisi luas wilayah dan keragaman, Indonesia memiliki kelebihan yang lebih baik dari pesaing. Permasalahannya bagaimana mengolah, mengelola dan memenuhi standar Kanada dan dunia.
Saat ini sejumlah produk makann sudah masuk ke pasar Kanada, yakni produk kopi, gula aren, permen, mi instan dan produk kelapa, seperti nata de coco.
Adhi melihat masih ada potensi pada kopi rasa tertentu seperti Kopi Hijau produksi PT Aimfood Manufacturing Indonesia yang memperoleh penghargaan pada Salon International de Lalimentation (SIAL), pada 28-30 April 2015.
Kepesertaan 28 perusahaan di SIAL yang diadakan di Toronto, Kanada, itu difasilitasi Kementerian Perdagangan. Pameran makanan olahan tersebut terbesar di Amerika Utara dengan 800 peserta dari 45 negara dan diperkirakan akan dikunjungi lebih dari 14.000 pembeli dari Kanada, Amerika Serikat dan 64 negara lainnya, baik dari Asia, Eropa, Amerika Latin dan Afrika.
Pada 2014 SIAL Kanada di Montreal dikunjungi 14.686 dari kalangan profesional dan pebisnis dan diikuti oleh 298 perusahaan dari seluruh dunia.
Adhi mencatat, permasalahan usaha kecil menengah, di samping persyaratan kesehatan dan keamanan produk, juga pada kemasan dan labeling yang harus memenuhi standar Kanada, yakni minimal dua bahasa, Inggris dan Prancis.
"Jika produknya masih sedikit maka biaya kemasan dan pencetakan (labeling) jadi mahal," ucap Adhi.
Sementara Manajer Bidang Asia dan Timur Tengah Zaki Munshi TFO mengatakan potensi ekspor ke negerinya masih sangat besar. Populasi di negeri kedua terluas di dunia itu sebesar 35,7 juta jiwa dan 80 persen tinggal di sepanjang 160 km perbatasan dengan AS.
Sejumlah seperlima penduduknya adalah imigran Asia, timur tengah, Eropa, Afrika, Karibia, Amerika dan Amerika Serikat.
Masyarakatnya sedang menggandrungi produk kesehatan, gaya hidup sehat dan cenderung memilih makana etnik (eksotik) dan organik.
Di ASEAN, nilai ekspor Indonesia ke Kanada berada di urutan kelima, yakni senilai 132 juta dolar AS, tetapi berada di urutan ketiga dari sisi pertumbuhan ekspor, yakni meningkat 28 persen.
Pada SIAL Kanada, Indonesia menyertakan produk makanan olahan buah, herbal, kopi, minuman jahe, saus cabe, produk kelapa, mie instan, gula kelapa dan singkong.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, Adhi S Lukman, mengatakan di sela seminar makanan olahan oleh Trade Facilitation Office (TFO), Kanada, di Toronto, Senin, mengatakan, Indonesia memiliki buah eksotik yang tidak dimiliki negara lain.
Indonesia memiliki buah eksotik, seperti manggis, mangga, nangka, sirsak, gula aren, lidah buaya dan sebagainya, dan pesaingnya relatif sedikit, yakni Thailand, Vietnam dan Filipina.
Dari sisi luas wilayah dan keragaman, Indonesia memiliki kelebihan yang lebih baik dari pesaing. Permasalahannya bagaimana mengolah, mengelola dan memenuhi standar Kanada dan dunia.
Saat ini sejumlah produk makann sudah masuk ke pasar Kanada, yakni produk kopi, gula aren, permen, mi instan dan produk kelapa, seperti nata de coco.
Adhi melihat masih ada potensi pada kopi rasa tertentu seperti Kopi Hijau produksi PT Aimfood Manufacturing Indonesia yang memperoleh penghargaan pada Salon International de Lalimentation (SIAL), pada 28-30 April 2015.
Kepesertaan 28 perusahaan di SIAL yang diadakan di Toronto, Kanada, itu difasilitasi Kementerian Perdagangan. Pameran makanan olahan tersebut terbesar di Amerika Utara dengan 800 peserta dari 45 negara dan diperkirakan akan dikunjungi lebih dari 14.000 pembeli dari Kanada, Amerika Serikat dan 64 negara lainnya, baik dari Asia, Eropa, Amerika Latin dan Afrika.
Pada 2014 SIAL Kanada di Montreal dikunjungi 14.686 dari kalangan profesional dan pebisnis dan diikuti oleh 298 perusahaan dari seluruh dunia.
Adhi mencatat, permasalahan usaha kecil menengah, di samping persyaratan kesehatan dan keamanan produk, juga pada kemasan dan labeling yang harus memenuhi standar Kanada, yakni minimal dua bahasa, Inggris dan Prancis.
"Jika produknya masih sedikit maka biaya kemasan dan pencetakan (labeling) jadi mahal," ucap Adhi.
Sementara Manajer Bidang Asia dan Timur Tengah Zaki Munshi TFO mengatakan potensi ekspor ke negerinya masih sangat besar. Populasi di negeri kedua terluas di dunia itu sebesar 35,7 juta jiwa dan 80 persen tinggal di sepanjang 160 km perbatasan dengan AS.
Sejumlah seperlima penduduknya adalah imigran Asia, timur tengah, Eropa, Afrika, Karibia, Amerika dan Amerika Serikat.
Masyarakatnya sedang menggandrungi produk kesehatan, gaya hidup sehat dan cenderung memilih makana etnik (eksotik) dan organik.
Di ASEAN, nilai ekspor Indonesia ke Kanada berada di urutan kelima, yakni senilai 132 juta dolar AS, tetapi berada di urutan ketiga dari sisi pertumbuhan ekspor, yakni meningkat 28 persen.
Pada SIAL Kanada, Indonesia menyertakan produk makanan olahan buah, herbal, kopi, minuman jahe, saus cabe, produk kelapa, mie instan, gula kelapa dan singkong.
Pewarta: Erafzon SAS
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: