Jakarta (ANTARA News) - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan revolusi mental yang diusung Presiden Jokowi dalam pemerintahannya berbeda dengan revolusi mental yang dipahami kelompok marxisme melalui pemikiran filosof Jerman, Karl Marx.

"Saya pahami revolusi mental Jokowi tidak sama dengan yang dicetuskan Karl Marx," kata SBY saat menyampaikan dialog kunci dalam diskusi yang bertema "Revolusi Mental Sutan Takdir Alisjahbana Menuju Indonesia Progresif" di Jakarta, Sabtu.

SBY berbicara mengenai revolusi mental karena diskusi tersebut mengangkat tema serupa. "Revolusi mental pernah hidup abad 18 ketika tokoh besar Jerman Karl Marx, mengangkat istilah revolusi mental," katanya.

Dalam pemikirannya, Karl Marx menyatakan yang harus direvolusi adalah mental kaum proletar agar menjadi progresif dan meniadakan struktur menindas dan membelenggu.

Sementara revolusi mental yang dimaksud Jokowi, menurut SBY, adalah mengubah karakter masyarakat tanpa perlu pertumpahan darah, layaknya revolusi umumnya terjadi.

"Itu saya dukung 100 persen. Memang ada satu-dua pemikiran pak Jokowi yang berbeda dengan saya dan memang tidak dilarang berbeda, harus saling menghormati," kata dia.

SBY mengingatkan revolusi adalah perubahan besar-besaran, fundamental dan seringkali dengan pertumpahan darah, meskipun tidak selalu demikian, sedangkan definisi mental dapat disimpulkan berkaitan dengan pikiran.

"Maka kalau boleh saya menyimpulkan revolusi mental adalah perubahan fundamental dan total atas alam pikiran masyarakat, bangsa Indonesia, orang perorang, agar negara ini 10-20 tahun lagi menjadi bangsa yang sukses," kata dia.