Investor Swiss siap kelola klon kakao Sulawesi I, II di Sulbar
25 April 2015 01:05 WIB
Seorang laki-laki menunjukkan biji kakao hasil panennya yang dijemur di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Gerung, Lombok Barat, NTB, Kamis (6/12). Biji kakao hasil panen tersebut selanjutnya di jual ke pengepul seharga Rp15 ribu/kg kering. (FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi)
Mamuju (ANTARA News) - Klon kakao yang dihasilkan di Provinsi Sulawesi Barat disukai investor negara Swiss sehingga berniat berinvestasi mengelola hasil kakao yang ada di Sulbar.
"Klon kakao yang dihasilkan di Sulbar terbaik di Indonesia, sehingga investor negara Swiss siap bermitra mengelolanya melalui investasi," kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Sabtu.
Ia mengatakan, investor yang memiliki pabrik kakao terbesar di Swiss juga tertarik berinvestasi di Sulbar mengelola kakao karena kakao Sulbar sangat potensial memiliki produksi lebih dari separuh dari 72 persen kakao Sulawesi yang mengkontribusi produksi kakao Indonesia.
Menurut dia, kakao Sulbar harus dibangun melalui investasi untuk kemajuan daerah dan kemajuan ekonomi masyarakat meningkatkan kesejahteraannya.
Ia mengatakan, klon kakao Sulbar yang disukai negara Swiss dikembangkan dengan diberi nama klon kakao Sulawesi I dan II dalam rangka semakin meningkatkan produksi mutu dan kualitas kakao dan menjadikan kakao sebagai ikon komoditi ekonomi Sulbar.
Ia mengatakan, program gerakan nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas Pro Kakao) melalui program teknik budidaya kakao telah melahirkan klon kakao tersebut.
"Klon kakao Sulbar I dan II tersebut selanjutnya menjadi dikenal dengan klon kakao Sulawesi I dan II yang sekarang ini bukan hanya dikembangkan petani di Sulbar maupun petani kakao yang ada di Sulawesi tetapi dikembangkan seluruh petani di Indonesia, klon kakao Sulawesi tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari pemerintah Indonesia dan nama klon Sulawesi akan mengangkat daerah di Sulawesi sebagai daerah penghasil kakao," katanya.
Menurut Gubernur, klon kakao tersebut telah diakui dunia karena klon kakao tersebut memiliki keunggulan karena dapat membuat kakao berproduksi tinggi karena setiap pohon yang tumbuh dari klon kakao Sulawesi I dan II mampu menghasilkan buah kakao hingga 300 buah per pohon.
Selain itu, kata dia, pohon kakao cepat berproduksi dan tahan dari serangan hama dan penyakit.
Gubernur mengatakan, dengan adanya klon kakao Sulawesi yang digunakan petani Sulbar mengembangkan tanaman kakao diharapkan kakao di Sulbar yang memiliki luas sekitar 185 ribu hektare dapat meningkatkan produksinya sekitar 135 ribu ton per tahun.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, Ir Supriyatno mengatakan, tahun ini kembali dilaksanakan program Gernas Pro Kakao dengan bantuan anggaran sekitar Rp220 miliar dari pemerintah pusat.
Ia mengatakan, anggaran Gernas kakao secara keseluruhan untuk Sulbar akan mencapai Rp1 triliun dan itu akan dikelola tiga tahun kedepan dengan sejumlah program peningkatan mutu kualitas dan produksi kakao.
"Klon kakao yang dihasilkan di Sulbar terbaik di Indonesia, sehingga investor negara Swiss siap bermitra mengelolanya melalui investasi," kata Gubernur Sulbar, Anwar Adnan Saleh di Mamuju, Sabtu.
Ia mengatakan, investor yang memiliki pabrik kakao terbesar di Swiss juga tertarik berinvestasi di Sulbar mengelola kakao karena kakao Sulbar sangat potensial memiliki produksi lebih dari separuh dari 72 persen kakao Sulawesi yang mengkontribusi produksi kakao Indonesia.
Menurut dia, kakao Sulbar harus dibangun melalui investasi untuk kemajuan daerah dan kemajuan ekonomi masyarakat meningkatkan kesejahteraannya.
Ia mengatakan, klon kakao Sulbar yang disukai negara Swiss dikembangkan dengan diberi nama klon kakao Sulawesi I dan II dalam rangka semakin meningkatkan produksi mutu dan kualitas kakao dan menjadikan kakao sebagai ikon komoditi ekonomi Sulbar.
Ia mengatakan, program gerakan nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas Pro Kakao) melalui program teknik budidaya kakao telah melahirkan klon kakao tersebut.
"Klon kakao Sulbar I dan II tersebut selanjutnya menjadi dikenal dengan klon kakao Sulawesi I dan II yang sekarang ini bukan hanya dikembangkan petani di Sulbar maupun petani kakao yang ada di Sulawesi tetapi dikembangkan seluruh petani di Indonesia, klon kakao Sulawesi tersebut telah mendapatkan sertifikasi dari pemerintah Indonesia dan nama klon Sulawesi akan mengangkat daerah di Sulawesi sebagai daerah penghasil kakao," katanya.
Menurut Gubernur, klon kakao tersebut telah diakui dunia karena klon kakao tersebut memiliki keunggulan karena dapat membuat kakao berproduksi tinggi karena setiap pohon yang tumbuh dari klon kakao Sulawesi I dan II mampu menghasilkan buah kakao hingga 300 buah per pohon.
Selain itu, kata dia, pohon kakao cepat berproduksi dan tahan dari serangan hama dan penyakit.
Gubernur mengatakan, dengan adanya klon kakao Sulawesi yang digunakan petani Sulbar mengembangkan tanaman kakao diharapkan kakao di Sulbar yang memiliki luas sekitar 185 ribu hektare dapat meningkatkan produksinya sekitar 135 ribu ton per tahun.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar, Ir Supriyatno mengatakan, tahun ini kembali dilaksanakan program Gernas Pro Kakao dengan bantuan anggaran sekitar Rp220 miliar dari pemerintah pusat.
Ia mengatakan, anggaran Gernas kakao secara keseluruhan untuk Sulbar akan mencapai Rp1 triliun dan itu akan dikelola tiga tahun kedepan dengan sejumlah program peningkatan mutu kualitas dan produksi kakao.
Pewarta: M Faisal Hanapi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: