Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat sebesar delapan poin menjadi Rp12.890 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.947 per dolar AS.

"Indeks dolar AS tertekan terhadap mayoritas mata uang dunia termasuk rupiah, karena data-data ekonomi AS yang dirilis tadi malam di bawah ekspektasi kalangan pelaku pasar," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.

Ia mengemukakan bahwa tiga data ekonomi AS yakni klaim tunjangan pengangguran yang meningkat menjadi 295.000 dalam pekan yang berakhir 18 April, indeks pembelian manajer (PMI) untuk manufaktur yang menurun, serta data penjualan rumah baru turun 11,4 persen.

"Data AS yang melambat itu meredam ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate)," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, munculnya harapan akan adanya kesepakatan antara Yunani dan kreditur internasional mendorong mata uang euro bergerak positif dan berdampak positif bagi negara-negara berkembang.

Sentimen berikutnya, menurut Ariston Tjendra, pelaku pasar akan mencermati data "Durable Goods Orders" AS untuk bulan Maret 2015. Jika hasilnya sesuai atau melebihi prediksi maka dapat mendorong dolar AS kembali bergerak menguat.

"Sebagian pelaku pasar masih meragukan data-data ekonomi AS, sehingga kenaikan suku bunga AS diperkirakan tidak terjadi dalam waktu dekat," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (24/4) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.941 dibandingkan hari sebelumnya, Kamis (23/4) di posisi Rp12.939 per dolar AS.