Rupiah jumat pagi menguat menjadi Rp12.923
24 April 2015 10:42 WIB
Rupiah Melemah Petugas menghitung uang pecahan Dolar AS di layanan nasabah Bank BNI, Jakarta, Senin (26/1). Mata uang Rupiah melorot ke level Rp 12.515 per dollar AS, selain euforia rencana pembelian obligasi oleh Bank Sentral Uni Eropa (ECB), pelemahan Rupiah dipicu 'flight to quality' sehingga penguatan dollar AS akan memicu pelemahan mata uang global terhadap dollar termasuk rupiah. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat sebesar 24 poin menjadi Rp12.923 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.947 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa berkurangnya kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap kenaikan lebih cepat suku bunga bank sentral AS (Fed fund rate) menjadi salah satu penopang mata uang rupiah.
"Belum membaiknya data perekonomian Amerika Serikat mendorong pelaku pasar uang masih cukup aktif melakukan transaksi mata uang berisiko, salah satunya rupiah sehingga menahan laju dolar AS di pasar valas domestik," kata Reza.
Dari eksternal, lanjut dia, akan adanya langkah dari pemerintah Tiongkok untuk mengatasi perlambatan industri manufakturnya menjadi harapan bagi investor, situasi itu akan mendorong perekonomian global sehingga ikut memberikan momentum pada mata uang rupiah untuk kembali bergerak menguat.
"Meski kami melihat penguatan rupiah belum cukup kuat mengkonfirmasi penguatan lanjutan, adanya harapan positif dari eksternal serta dari dalam negeri terkait data produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis dalam waktu dekat akan menjaga fluktuasi rupiah di kisaran yang stabil dengan potensi positif," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa hampir semua data ekonomi AS yang diumumkan tadi malam lebih buruk dari periode sebelumnya sehingga menahan penguatan dolar AS.
Selanjutnya, Rangga mengatakan bahwa perhatian investor akan perlahan beralih kepada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan diadakan pada pekan depan.
"Jika keraguan the Fed meningkat untuk menaikkan suku bunga acuan maka dapat dipastikan dollar akan mengalami tren pelemahannya," katanya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Jumat mengatakan bahwa berkurangnya kekhawatiran pelaku pasar uang terhadap kenaikan lebih cepat suku bunga bank sentral AS (Fed fund rate) menjadi salah satu penopang mata uang rupiah.
"Belum membaiknya data perekonomian Amerika Serikat mendorong pelaku pasar uang masih cukup aktif melakukan transaksi mata uang berisiko, salah satunya rupiah sehingga menahan laju dolar AS di pasar valas domestik," kata Reza.
Dari eksternal, lanjut dia, akan adanya langkah dari pemerintah Tiongkok untuk mengatasi perlambatan industri manufakturnya menjadi harapan bagi investor, situasi itu akan mendorong perekonomian global sehingga ikut memberikan momentum pada mata uang rupiah untuk kembali bergerak menguat.
"Meski kami melihat penguatan rupiah belum cukup kuat mengkonfirmasi penguatan lanjutan, adanya harapan positif dari eksternal serta dari dalam negeri terkait data produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis dalam waktu dekat akan menjaga fluktuasi rupiah di kisaran yang stabil dengan potensi positif," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa hampir semua data ekonomi AS yang diumumkan tadi malam lebih buruk dari periode sebelumnya sehingga menahan penguatan dolar AS.
Selanjutnya, Rangga mengatakan bahwa perhatian investor akan perlahan beralih kepada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan diadakan pada pekan depan.
"Jika keraguan the Fed meningkat untuk menaikkan suku bunga acuan maka dapat dipastikan dollar akan mengalami tren pelemahannya," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: