Greenpeace: tingkat polusi udara Tiongkok menurun
21 April 2015 14:20 WIB
Tingkat polusi udara di beberapa kota paling berkabut Tiongkok seperti Shanghai menurun pada kuartal pertama tahun ini. Namun tingkat polusi udara di bagian lain negara itu menunjukkan peningkatan menurut Greenpeace. (REUTERS/Aly Song)
Beijing (ANTARA News) - Tingkat polusi udara di kota-kota Tiongkok yang paling berkabut turun hampir sepertiganya pada kwartal pertama tahun ini menurut organisasi kampanye lingkungan Greenpeace, Selasa.
Namun tingkat pencemaran udara masih menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat, berhubungan dengan ribuan kematian, dan Greenpeace menyatakan pencemaran udara masih meningkat di bagian lain negara itu.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat PM2,5 -- partikel di udara dengan diameter yang cukup kecil sehingga bisa masuk ke paru-paru-- di Beijing turun 13 persen dalam tiga bulan pertama 2015 menurut Greenpeace.
Organisasi itu menyusun data dari Kementerian Perlindungan Lingkungan, yang menyediakan data-data itu tapi tidak menyiarkan sejarah penuh atau statistik pembanding.
Pendorong utama penurunan itu adalah tindakan ketat pemerintah dalam mengendalikan polusi udara, yang bisa menurunkan pencemaran udara secara drastis di kawasan industri Heibei dan Beijing, kata Zhang Kai, juru kampanye Energi dan Iklim Greenpeace Asia Timur.
Di antara 74 kota yang dipantau pencemaran udaranya selama lebih dari setahun, beberapa di antaranya menunjukkan penurunan hingga 48 persen.
Tingkat penurunan partikel PM2,5 Provinsi Hebei, yang mengitari Beijing dan banyak menyumbang pencemaran, turun hingga 31 persen.
"Harapan kami selanjutnya konsentrasi PM2,5 di kota-kota pesisir akan terus membaik berkat tindakan pemerintah dalam mengendalikan pencemaran," tambah dia seperti dilansir kantor berita AFP.
Kota-kota di Tiongkok sering dilanda pencemaran udara yang berat akibat pembakaran batu bara untuk pembangkin listrik dan industri serta banyaknya penggunaan sepeda motor.
Masalah itu telah menjadi sumber ketidakpuasan terhadap Partai Komunis, yang membuat pemerintah berjanji mengurangi proporsi pemakaian energi dari bahan bakar fosil.
Meskipun tingkat pencemaran menurun di sejumlah daerah, sekitar 90 persen dari 360 kota yang dilacak Greenpeace telah melampaui batas rata-rata tahunan konsentrasi partikel itu yang ditetapkan pemerintah. Termasuk di antaranya Shanghai, pusat keuangan Tiongkok, yang meningkat 13 persen tingkat PM2,5-nya.
(Uu.M007)
Namun tingkat pencemaran udara masih menjadi ancaman besar bagi kesehatan masyarakat, berhubungan dengan ribuan kematian, dan Greenpeace menyatakan pencemaran udara masih meningkat di bagian lain negara itu.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, tingkat PM2,5 -- partikel di udara dengan diameter yang cukup kecil sehingga bisa masuk ke paru-paru-- di Beijing turun 13 persen dalam tiga bulan pertama 2015 menurut Greenpeace.
Organisasi itu menyusun data dari Kementerian Perlindungan Lingkungan, yang menyediakan data-data itu tapi tidak menyiarkan sejarah penuh atau statistik pembanding.
Pendorong utama penurunan itu adalah tindakan ketat pemerintah dalam mengendalikan polusi udara, yang bisa menurunkan pencemaran udara secara drastis di kawasan industri Heibei dan Beijing, kata Zhang Kai, juru kampanye Energi dan Iklim Greenpeace Asia Timur.
Di antara 74 kota yang dipantau pencemaran udaranya selama lebih dari setahun, beberapa di antaranya menunjukkan penurunan hingga 48 persen.
Tingkat penurunan partikel PM2,5 Provinsi Hebei, yang mengitari Beijing dan banyak menyumbang pencemaran, turun hingga 31 persen.
"Harapan kami selanjutnya konsentrasi PM2,5 di kota-kota pesisir akan terus membaik berkat tindakan pemerintah dalam mengendalikan pencemaran," tambah dia seperti dilansir kantor berita AFP.
Kota-kota di Tiongkok sering dilanda pencemaran udara yang berat akibat pembakaran batu bara untuk pembangkin listrik dan industri serta banyaknya penggunaan sepeda motor.
Masalah itu telah menjadi sumber ketidakpuasan terhadap Partai Komunis, yang membuat pemerintah berjanji mengurangi proporsi pemakaian energi dari bahan bakar fosil.
Meskipun tingkat pencemaran menurun di sejumlah daerah, sekitar 90 persen dari 360 kota yang dilacak Greenpeace telah melampaui batas rata-rata tahunan konsentrasi partikel itu yang ditetapkan pemerintah. Termasuk di antaranya Shanghai, pusat keuangan Tiongkok, yang meningkat 13 persen tingkat PM2,5-nya.
(Uu.M007)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: