KAA momentum umumkan Poros Maritim Dunia
20 April 2015 22:26 WIB
ilustrasi Bendera Peserta KAA Panitia merapihkan bendera negara peserta KAA yang akan diletakan di meja peserta di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (18/4/15). Konferensi Asia-Afrika ke-60 akan berlangsung pada 18-24 April 2015 di Jakarta dan Bandung. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta (ANTARA News) - Peringatan Ke-60 Konferensi Asia Afrika (KAA) diharapkan menjadi momentum Indonesia mengumumkan Poros Maritim Indonesia, kata politisi muda.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie mengingatkan, pemerintah harus mengumumkan pada dunia, tentang rencana Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Dan ini adalah "core national interest" yang harus dihormati bangsa-bangsa lain. Sebagaimana Soekarno dulu menjadikan KAA sebagai monentun untuk membangun poros ketiga dunia. "Tanpa itu KAA hanyalah reuni tanpa makna. Kembali ke laut adalah kembali ke pangkuan IBU," Grace Natalie, lewat akun Twitternya, @grace_net, Senin.
Grace menjelaskan, di saat Soekarno menggagas Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955, dunia sedang terbelah dalam kekuatan bipolar: Blok Barat dan Blok Timur. Lewat KAA, Soekarno menggagas Aliansi Non-Blok. Meski Non-Blok, namun Soekarno sedang membangun kekuatan sendiri: poros ketiga dunia.
"Dengan cara itu Soekarno bebas mendayung diantara 2 blok. KAA adlh strategi diplomasi Indonesia paling cemerlang," jelasnya.
Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah peringatan KAA ke-60 sekarang ini masih relevan. Dunia tidak sama lagi secara geopolitik. "Asia tidak lagi terjajah, bahkan Asia adalah raksasa ekonomi yang ditopang dengan bonus populasi," ucapnya.
Grace menjelaskan, arus China dan India menghempas deras dari Utara. Dari Selatan, Australia telah merumuskan China adalah ancaman nasional dari utara. Di utara masih ada Korsel dan Taiwan. Juga Singapore dan Malayasia yang berbatasan langsung dengan Indonesia yang juga sedang maju.
"Sang Paman Sam meski sedang batuk dan berutang, namun msh punya kekuatan militer yang besar untuk menjaga (kepentingannya) di asia-pasifik," katanya.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia, Grace Natalie mengingatkan, pemerintah harus mengumumkan pada dunia, tentang rencana Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia.
Dan ini adalah "core national interest" yang harus dihormati bangsa-bangsa lain. Sebagaimana Soekarno dulu menjadikan KAA sebagai monentun untuk membangun poros ketiga dunia. "Tanpa itu KAA hanyalah reuni tanpa makna. Kembali ke laut adalah kembali ke pangkuan IBU," Grace Natalie, lewat akun Twitternya, @grace_net, Senin.
Grace menjelaskan, di saat Soekarno menggagas Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955, dunia sedang terbelah dalam kekuatan bipolar: Blok Barat dan Blok Timur. Lewat KAA, Soekarno menggagas Aliansi Non-Blok. Meski Non-Blok, namun Soekarno sedang membangun kekuatan sendiri: poros ketiga dunia.
"Dengan cara itu Soekarno bebas mendayung diantara 2 blok. KAA adlh strategi diplomasi Indonesia paling cemerlang," jelasnya.
Oleh karena itu, muncul pertanyaan apakah peringatan KAA ke-60 sekarang ini masih relevan. Dunia tidak sama lagi secara geopolitik. "Asia tidak lagi terjajah, bahkan Asia adalah raksasa ekonomi yang ditopang dengan bonus populasi," ucapnya.
Grace menjelaskan, arus China dan India menghempas deras dari Utara. Dari Selatan, Australia telah merumuskan China adalah ancaman nasional dari utara. Di utara masih ada Korsel dan Taiwan. Juga Singapore dan Malayasia yang berbatasan langsung dengan Indonesia yang juga sedang maju.
"Sang Paman Sam meski sedang batuk dan berutang, namun msh punya kekuatan militer yang besar untuk menjaga (kepentingannya) di asia-pasifik," katanya.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: