18 aktivis AGRA FPR ditangkap polisi
20 April 2015 19:56 WIB
Aktivis Front Perjuangan Rakyat (FPR) juga berunjukrasa terkait Konferensi Asia Afrika pada kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Dago Bandung, Jawa Barat, Minggu (19/4/15). Dalam aksinya FPR menuntut pengembalian semangat KAA dalam melawan kolonialisme dan imperialisme, serta menolak campur tangan Amerika Serikat. (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 18 anggota dan pimpinan Aliansi Gerakan Reforma Agraria (AGRA ) - Front Perjuangan Rakyat (FPR) ditangkap aparat kepolisian setelah menggelar aksi bertepatan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika dan menolak campur tangan Amerika Serikat dalam KAA 2015.
Mereka menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Senin.
"Saat belum lama melakukan aksi, 18 aktivis ditangkap polisi karena dinilai bisa mengganggu keamanan dan kenyamanan para delegasi KAA," kata salah satu aktivis yang turut demonstrasi Rudi HB Daman saat dihubungi Antara, Senin malam.
Sampai berita ini ditulis, Senin malam, 18 aktivis tersebut masih berada di Polda Metro Jaya didampingi YLBHI dan LBH. Rudi menilai tindakan penangkapan oleh aparat kepolisian terlalu berlebihan dan paranoid karena demonstrasi yang dilakukan AGRA FPR berlangsung damai dan tertib.
"Aksi tadi juga tidak rusuh, tertib dan tidak mengganggu apapun. Ini tindakan berlebihan yang dilakukan kepolisian, terlalu paranoid tentang keamanan KAA. Ini melanggar kebebasan warga negara untuk mengeluarkan pendapat yang telah diatur UUD 1945," tutur Rudi.
Ia menjelaskan bahwa dalam aksi yang berlangsung sekitar pukul 15.00 WIB itu, sebanyak 30 aktivis mrngkampanyekan agar semangat KAA 1955 dikembalikan yaitu semangat anti kolonialisme dan imperialisme.
"Kami menolak intervensi dominasi dari Amerika serikar di KAA dan mendorong semangat KAA 1955 dikembalikan lagi menjadi semangat anti kolonialisme dan imperialisme serta mendukung perjuangan dan kedaulatan rakyat Palestina," jelas Rudi.
Mereka juga menolak konferensi tingkat tinggi itu hanya dijadkan alat bagi negara kolonial untuk menguasai sumber daya alam negera-negara Asia Afrika dan menolak negara-negara maju, seperti Amerika Serikat menancapkan dominasinya.
"Kami melihat dalam agenda KAA akan lebih banyak membahas kerja sama dan terkait bisnis. Selain itu, KAA dihadiri 17 negara peninjau dari Amerika Serikat dan Eropa, organisasi internasional dan perusahaan multinasional," katanya.
Sebelumnya pihak kepolisian sudah menghimbau agar elemen masyarakat tidak berunjuk rasa selama pelaksanaan KAA 2015 pada 19-24 April 2015.
Peringatan 60 Tahun KAA digelar di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April. Pada 19 April diadakan Pertemuan pejabat tingkat tinggi (Senior Official Meeting) kawasan Asia-Afrika. Kemudian, dilanjutkan dengan Pertemuan Tingkat Menteri pada 20 April. Pada 21-22 April, diselenggarakan Pertemuan Puncak Bisnis Kawasan Asia-Afrika (Asia-Africa Business Summit).
Selanjutnya pada 22 April digelar pelaksanaan KTT hari pertama. Pada 23 April pelaksanaan KTT hari kedua, dan direncanakan akan ada jamuan makan malam oleh Presiden RI Joko Widodo untuk para kepala negara. Pada 24 April, hari terakhir rangkaian pelaksanaan KAA, akan dilakukan napak tilas (Historical Walk) KAA oleh para kepala negara di Bandung.
Mereka menggelar aksi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Senin.
"Saat belum lama melakukan aksi, 18 aktivis ditangkap polisi karena dinilai bisa mengganggu keamanan dan kenyamanan para delegasi KAA," kata salah satu aktivis yang turut demonstrasi Rudi HB Daman saat dihubungi Antara, Senin malam.
Sampai berita ini ditulis, Senin malam, 18 aktivis tersebut masih berada di Polda Metro Jaya didampingi YLBHI dan LBH. Rudi menilai tindakan penangkapan oleh aparat kepolisian terlalu berlebihan dan paranoid karena demonstrasi yang dilakukan AGRA FPR berlangsung damai dan tertib.
"Aksi tadi juga tidak rusuh, tertib dan tidak mengganggu apapun. Ini tindakan berlebihan yang dilakukan kepolisian, terlalu paranoid tentang keamanan KAA. Ini melanggar kebebasan warga negara untuk mengeluarkan pendapat yang telah diatur UUD 1945," tutur Rudi.
Ia menjelaskan bahwa dalam aksi yang berlangsung sekitar pukul 15.00 WIB itu, sebanyak 30 aktivis mrngkampanyekan agar semangat KAA 1955 dikembalikan yaitu semangat anti kolonialisme dan imperialisme.
"Kami menolak intervensi dominasi dari Amerika serikar di KAA dan mendorong semangat KAA 1955 dikembalikan lagi menjadi semangat anti kolonialisme dan imperialisme serta mendukung perjuangan dan kedaulatan rakyat Palestina," jelas Rudi.
Mereka juga menolak konferensi tingkat tinggi itu hanya dijadkan alat bagi negara kolonial untuk menguasai sumber daya alam negera-negara Asia Afrika dan menolak negara-negara maju, seperti Amerika Serikat menancapkan dominasinya.
"Kami melihat dalam agenda KAA akan lebih banyak membahas kerja sama dan terkait bisnis. Selain itu, KAA dihadiri 17 negara peninjau dari Amerika Serikat dan Eropa, organisasi internasional dan perusahaan multinasional," katanya.
Sebelumnya pihak kepolisian sudah menghimbau agar elemen masyarakat tidak berunjuk rasa selama pelaksanaan KAA 2015 pada 19-24 April 2015.
Peringatan 60 Tahun KAA digelar di Jakarta dan Bandung pada 19-24 April. Pada 19 April diadakan Pertemuan pejabat tingkat tinggi (Senior Official Meeting) kawasan Asia-Afrika. Kemudian, dilanjutkan dengan Pertemuan Tingkat Menteri pada 20 April. Pada 21-22 April, diselenggarakan Pertemuan Puncak Bisnis Kawasan Asia-Afrika (Asia-Africa Business Summit).
Selanjutnya pada 22 April digelar pelaksanaan KTT hari pertama. Pada 23 April pelaksanaan KTT hari kedua, dan direncanakan akan ada jamuan makan malam oleh Presiden RI Joko Widodo untuk para kepala negara. Pada 24 April, hari terakhir rangkaian pelaksanaan KAA, akan dilakukan napak tilas (Historical Walk) KAA oleh para kepala negara di Bandung.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015
Tags: