Semangat KAA 1955 tetap relevan
19 April 2015 14:27 WIB
Delegasi Asian African Senior Official Meeting (SOM) mengikuti sesi foto dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika 2015, di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (19/4). Rangkaian kegiatan KTT Asia Afrika 2015 tersebut akan diikuti delegasi dari 89 Negara dan dimulai Minggu (19/4) hingga Jumat (24/4) di Jakarta dan Bandung. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, Yuri Thamrin, mengatakan semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang pertama kali dilaksanakan di Bandung pada 1955 tetap relevan dan penting terlepas dari situasi dan tantangan yang berbeda pada abad 21.
Pernyataan tersebut dia sampaikan pada pembukaan Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (SOM) KAA yang berlangsung di Balai Sidang Jakarta, di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, Asia dan Afrika sekarang ini merupakan kawasan yang paling dinamis, dengan penduduk yang meliputi 75 persen dari total jumlah penduduk dunia, dan tingkat pertumbuhan domestik bruto (PDB) mencapai 30 persen dari PDB dunia.
"Di sisi lain, sejumlah tantangan baru muncul di tingkat regional maupun global, termasuk terorisme, perubahan iklim, rasisme, xenophobia, dan intoleransi," ujar dia.
Oleh karena itu, kata dia, negara-negara Asia-Afrika perlu memperkuat solidaritas dan visi mengenai peningkatan kerja sama di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.
"Negara-negara Asia-Afrika seyogyanya mengambil berbagai prakarsa baru, segar, dan praktis, demi kepentingan rakyat di kedua kawasan ini," kata Thamrin.
Dia berpendapat, dengan penyelenggaraan KAA, negara-negara Asia-Afrika telah memberikan kontribusi bagi upaya global mempertahankan perdamaian dan keamanan dunia, menghapuskan kemiskinan dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, melalui KAA, negara-negara di kedua kawasan dapat kembali menyampaikan dukungan bagi kemerdekaan Palestina.
SOM Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 dihadiri oleh para delegasi dari 86 negara Asia dan Afrika.
Rangkaian pertemuan KAA akan berlangsung sampai 24 April, yang ditutup dengan Pertemuan Peringatan 60 Tahun KAA di Bandung, di mana para pemimpin negara Asia- Afrika akan melakukan napak tilas atau "napak tilas sejarah"
Pernyataan tersebut dia sampaikan pada pembukaan Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (SOM) KAA yang berlangsung di Balai Sidang Jakarta, di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, Asia dan Afrika sekarang ini merupakan kawasan yang paling dinamis, dengan penduduk yang meliputi 75 persen dari total jumlah penduduk dunia, dan tingkat pertumbuhan domestik bruto (PDB) mencapai 30 persen dari PDB dunia.
"Di sisi lain, sejumlah tantangan baru muncul di tingkat regional maupun global, termasuk terorisme, perubahan iklim, rasisme, xenophobia, dan intoleransi," ujar dia.
Oleh karena itu, kata dia, negara-negara Asia-Afrika perlu memperkuat solidaritas dan visi mengenai peningkatan kerja sama di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya.
"Negara-negara Asia-Afrika seyogyanya mengambil berbagai prakarsa baru, segar, dan praktis, demi kepentingan rakyat di kedua kawasan ini," kata Thamrin.
Dia berpendapat, dengan penyelenggaraan KAA, negara-negara Asia-Afrika telah memberikan kontribusi bagi upaya global mempertahankan perdamaian dan keamanan dunia, menghapuskan kemiskinan dan meningkatkan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, melalui KAA, negara-negara di kedua kawasan dapat kembali menyampaikan dukungan bagi kemerdekaan Palestina.
SOM Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 dihadiri oleh para delegasi dari 86 negara Asia dan Afrika.
Rangkaian pertemuan KAA akan berlangsung sampai 24 April, yang ditutup dengan Pertemuan Peringatan 60 Tahun KAA di Bandung, di mana para pemimpin negara Asia- Afrika akan melakukan napak tilas atau "napak tilas sejarah"
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: